Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Pertama di Indonesia, Pemprov Sumsel dan PT KPI Bangun Taman Rawa dengan 55 Spesies Pohon Langka

Kompas.com - 03/07/2024, 15:23 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Adapun sistem pengelolaan dan perawatan akan dikelola secara multipihak, yakni Pertamina, DLHP, dan pengelola JSC selama masa kerja sama lima tahun dan akan dilembagakan dengan SK dari Pj Gubernur Sumsel. 

Jika prospek taman tersebut bagus, lahan pengembangan itu akan diperluas hingga 20 ha. Lokasi pengembangan taman ini juga tidak masuk dalalam tanah kawasan yang dilindungi.

Jika sudah dibangun, maka pengelolaan lokasi rawa akan menjadi tantangan tersendiri. Sebab, Taman Keanekaragaman Hayati pertama di Indonesia ini dibangun dari nol (tidak ada tanaman sebelumnya).

Taman kehati itu diharapkan bisa jadi wahana pelestarian sumber daya alam hayati, konservasi hayati, tempat kegiatan penelitian serta rekreasi.

Baca juga: Berikan Dampak Perekonomian, Pertamina Pastikan Hadir di MotoGp Grand Prix of Indonesia 2024

Tanaman yang disiapkan di Taman Kehati Sumsel pada umumnya berumur 4-5 tahun dan mampu beradaptasi dan tumbuh sendiri. 

Namun, dukungan pemeliharaan tanaman masih diperlukan dengan intensitas yang semakin berkurang seiring dengan semakin bertambahnya umur tanaman.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan, dengan groundbreaking pembangunan taman tersebut, Kilang Pertamina Plaju turut mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Nomor 15.

TPB tersebut bertujuan melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, serta mengelola hutan secara lestari. 

Fadjar menegaskan, Pertamina Group berupaya mewujudkan komitmennya sebagai perusahaan berkelanjutan dengan menjaga kelestarian alam. 

Baca juga: Kembangkan Energi Bersih, Pertamina NRE Siapkan Investasi 6,2 Miliar Dollar AS pada 2029

“Kami berharap, upaya-upaya seperti ini dapat menjaga alam hingga di masa depan sekaligus memitigasi perubahan iklim," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com