Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Menelisik Pelaksanaan Haji Indonesia 2024

Kompas.com - 03/07/2024, 14:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TANPA bisa dicegah, akhir bulan hijriyah, Dzulhijjah, segera rampung berganti awal momen Muharrom 1446 H.

Bagi penulis, pergantian bulan ini terasa spesial karena selama Dzulhijjah, selama bulan Rayagung, berkesempatan menjadi Petugas Haji Daerah (PHD) hasil seleksi Kementerian Agama dan Pemprov Jawa Barat melaui Biro Kesejahteraan Rakyat di bawah pimpinan Faiz Rahman.

Ada dua poin menarik di mata penulis yang bisa dinukil dari perjalanan tersebut. Paling utama adalah jumlah jamaah terbesar Indonesia sepanjang sejarah haji dilaksanakan Kementerian Agama (Kemenag) di negeri ini, relatif sudah dibarengi pelaksanaan manajerial yang berjalan on the track.

Sekalipun di sisi lain, kekurangan (relatif minor) masih ditemukan jamaah haji.

Hal ini merujuk, terutama pada jumlah jamaah haji wafat di Mekkah dan Madinah yang mencapai kisaran 300-an hingga hari ke-45 operasional haji.

Angka ini relatif turun signifikan dibandingkan jamaah haji wafat pada 2023 sebanyak 772 orang, sekalipun jumlah jamaah yang berangkat “hanya” 221.000 orang.

Manakala kita mendengar tetangga/keluarga/kolega melakukan walimatus safar sepanjang Mei 2024, kiranya undangan tersebut selalu disertai harapan ke sang calon haji bisa kembali selamat ke Tanah Air dengan harapan menyandang gelar mabrur/mabruroh.

Terlebih saat manasik di kecamatan/kota/kabupaten, telah diinfokan bahwa gelaran haji sudah kembali normal dengan alokasi dua juta jamaah se-dunia, dengan disertai medan tantangan cuaca kisaran 40-45 derajat celcius begitu kloter perdana mendarat di Madinah, 13 Mei lalu.

Sejauh ini, harapan dalam aneka tantangan tersebut mayoritas terpenuhi jika merujuk penurunan korban jiwa tadi.

Hadirnya dua kebijakan vital dari Kemenag, Kemenkes, dan Pemda sebelum dan saat pelaksanaan haji 2024.

Kemenag tahun ini dengan terang benderang dan bahkan meminta kami petugas kloter mengikuti kebijakan murur (melewati) Muzdalifah tanpa perlu mabit khusus bagi lansia risiko tinggi/resti, lansia tidak mandiri, orang sakit, dan pendampingnya.

Jadi, selepas wukuf di Arofah, bisa langsung beristirahat ke maktab (tenda) di Mina.

Hal ini penting selain mengantisipasi kejadian tahun 2023 yang terjadi antrean bus sangat panjang ke Mina saat jamaah selesai mabit Mudzalifah, juga karena tahun ini sedang dibangun fasilitas WC di Mudzalifah seluas 20.000 m2 sehingga ruang untuk jamaah berkurang.

Dengan slogan Haji Ramah Lansia, maka permintaan rata-rata 25 persen kloter harus murur, tak hanya memudahkan beban operasional petugas kloter.

Lebih dari itu, betapa banyak risiko kesehatan para jamaah lansia berkurang dengan sendirinya, sehingga hal ini pun sesuai dengan asas syariat (maqosidus syariah), yakni menyelamatkan jiwa manusia (hifdz nafs).

Jamaah haji yang dibekali berbagai mahdzab diberi medium tasammuh (toleransi) atas dinamika lapangan.

Mabit yang umumnya dipandang rukun dan wajib haji, tahun ini atas ijtihad Kemenag dibantu fatwa ormas Islam seperti NU, kemudian menjadi sunnah haji bagi kalangan mustadhafiin terutama lansia dan orang sakit tadi.

Di sisi lain, kolaborasi Kemenag, Kemenkes, dan Pemda melalui puskesmas-nya, juga membuat tahun ini pemeriksaan kesehatan lebih ketat dari sebelumnya.

Tidak sedikit yang sudah dapat porsi berangkat, akhirnya ditunda keberangkatan demi tercapainya hifdz nafs tadi.

Kejadian riil dialami penulis ketika beberapa jamaah keringat panas dingin ketika pemeriksaan kesehataan akhir dilangsungkan di Embarkasi Bekasi di malam keberangkatan.

Padahal, pemeriksaan akhir ini lebih ditujukan menjaring pasien status gawat darurat saat keberangkatan, bukan seleksi kesehatan dini.

Merujuk hal ini, kebijakan isthithoah kesehatan ini selayaknya diterapkan kembali untuk musim haji 2025 dan berikutnya guna menciptakan keberlangsungan jamaah haji pergi dan pulang utuh, bersama, dan mabrur.

Tantangan di Mina

Berikutnya adalah soal kompleksitas di maktab Mina, secara umum masih tetap terjadi tahun ini; Kapasitas tenda belum optimal, antrean sangat panjang di toilet, dampak sosial vertikal ikutan dari kompleksitas maktab, dst.

Bahwa puluhan toilet digunakan hampir 3.000 jamaah di satu komplek maktab selama tiga hari tiga malam untuk nafar awal serta empat hari empat malam (nafar tsani) adalah jurnal penguji kesabaran dalam prosesi terlama ibadah puncak haji.

Memang harus diakui pula, dalam waktu bersamaan, jarak maktab ke lokasi jamarat untuk jamaah haji Jabar relatif dekat (estimasi 4 km sekali jalan) plus dibarengi posko tenaga kesehatan nonkloter pada perjalanan berangkat-pulang jumroh.

Namun demikian, penulis menilai Kemenag bisa mereplikasi kebijakan murur di Muzdalifah pada kegiatan di Mina tersebut. Artinya, sebagaimana di Mudzalifah, tenda Mina juga hanya untuk jamaah yang bugar dan isthitoah menjalani jumroh.

Apakah memungkinkan peserta murur tadi langsung ke hotel (dengan jumroh sudah pasti di-badal-kan), sehingga kapasitas tenda berkurang dan menjadi lebih layak segalanya bagi jamaah isthitoah tersisa?

Pertanyaan ini amat relevan jika kita mendengar penjelasan Kerajaan Arab Saudi bahwa maktab berupa bangunan permanen di Mina dirancang tersedia baru pada 2030.

Dengan kata lain, diperlukan terobosan manasik haji seperti murur Muzdalifah, dalam pelaksanaan jumroh Mina tahun 2025-2029.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com