Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Kemiskinan Ekstrem di 6 Provinsi Papua Masih Tinggi

Kompas.com - 03/06/2024, 17:55 WIB
Tria Sutrisna,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengakui tingkat kemiskinan esktrem di Indonesia Timur, khususnya di enam provinsi Papua masih cukup tinggi.

Penanganan kemiskinan pun kini difokuskan di wilayah tersebut.

“Ada provinsi-provinsi terutama di wilayah timur itu relatif persentasenya masih tinggi. Nah kami sudah berkoordinasi, sudah langsung datang ke sana, misalnya untuk Papua,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK Nunung Nuryartono, Senin (3/6/2024).

Menurut Nunung, pihaknya sudah mengumpulkan data-data dan menjadikannya acuan dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan ekstrem di 6 provinsi di Papua.

Baca juga: Pemerintah Targetkan Kemiskinan Ekstrem Kurang dari 1 Persen di Akhir Kepemimpinan Jokowi

Saat ini, Nunung mengaku sedang menunggu hasil pelaksanaan program terkait penanganan kemiskinan ekstrem yang telah dijalan.

"Di seluruh pulau Papua dengan 6 provinsinya itu kami pastikan bahwa data ini menjadi referensi. Kemudian program-programnya seperti apa," kata Nunung.

“Dan itu di Papua sudah, tinggal nanti kita monitoring. Kemudian untuk yang di Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, itu juga kami pastikan,” sambungnya.

Nunung berharap tingkat kemiskinan esktrem di Indonesia bisa ditekan hingga di bawah 1 persen pada 2024. Pemerintah pun sedang memaksimalkan upaya yang dilakukan di akhir masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Sekarang kan (kemiskinan ekstrem) kita tinggal 1,12 persen ya per Maret 2023. Mudah-mudahan tahun ini, nanti bulan Juli akan keluar hasil terbarunya bisa di bawah 1 persen. Kami optimis kalau bisa di bawah 1 persen,” pungkas Nunung.

Baca juga: Cerita Mensos Risma Entaskan Kemiskinan: Saya Tidak Malu Jadi Marketing

Diberitakan sebelumnya, pemerintah menargetkan kemiskinan ekstrem nol persen pada 2024. Namun, target tersebut dianggap sulit untuk dicapai.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) bahkan mengakui bahwa target tersebut sangatlah mustahil.

Sekretaris Eksekutif TNP2K Suprayoga Hadi menyatakan, target yang masuk akal untuk dicapai pemerintah adalah 0,5 sampai 0,7 persen kemiskinan ekstrem pada 2024.

"Kalau nol koma nol (persen) jelas impossible, jadi memang kita antara 0,5 (persen) sampai 0,7 (persen)," kata Suprayoga di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (14/12023).

Suprayoga beralasan, tren penurunan kemiskinan ekstrem dalam beberapa tahun tidak terlalu besar.

Ia mencontohkan, kemiskinan ekstrem turun tidak lebih dari 1 persen dari 2,04 persen pada Maret 2022 menjadi 1,12 persen pada 2023.

Baca juga: Student Loan: Memberi Peluang atau Jebakan Kemiskinan

Sementara, pemerintah hanya punya waktu kurang dari satu tahun untuk kembali menekan angka kemiskinan ekstrem menjadi nol persen.

“Target kita yang lebih optimis antara 0,5 (persen) sampai 0,7 (persen) yang realistis, tapi kalau yang benar-benar optimis sekitar 0,3 (persen)," ujar Suprayoga.

Ia menambahkan, upaya mencapai target tersebut akan dilakukan pemerintah dengan melibatkan pelaku dan mitra non-pemerintah.

Suprayoga juga menegaskan bahwa isu ini tidak boleh dianggap biasa saja karena ada potensi kenaikan tingkat kemiskinan nasional akibat inflasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Nasional
Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Nasional
Transaksi Judi 'Online' Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Transaksi Judi "Online" Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Nasional
Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Nasional
Habiburokhman: Judi 'Online' Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Habiburokhman: Judi "Online" Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Nasional
Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Nasional
Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Nasional
Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com