JAKARTA, KOMPAS.com - Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) menyatakan, Lettu Laut Eko Damara (30), personel kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Mobile RI-PNG Batalyon Infanteri 7 Marinir, meninggal di daerah operasi karena bunuh diri.
Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen (Mar) Endi Supardi mengatakan, peristiwa terjadi pada Sabtu (27/4/2024), bermula ketika Eko mendatangi ruang kesehatan di pos taktis Satgas Pamtas di Distrik Dekai, Yakuhimo, Papua Pegunungan.
“Lettu Laut Eko datang ke ruangan kesehatan, dan memerintahkan Prada (Mar) Hasan dan Pratu (Mar) Agus yang ada di tempat tersebut untuk keluar ruangan kesehatan. Jadi di dalam tuh sudah ada orang,” kata Endi dalam konferensi pers di Markas Korps Marinir, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024).
Saat itu, Eko berdalih bahwa ia akan membersihkan ruangan kesehatan tersebut.
Salah seorang prajurit, Prada (Mar) Danu, yang hendak memasuki ruangan kesehatan pun tidak bisa membuka pintu yang terkunci.
Kemudian, pada pukul 13.07 WIT, terdengar suara letusan senjata satu kali dari dalam ruangan kesehatan.
SSemenit berselang, salah satu prajurit mencoba melihat keadaan di dalam ruangan melalui jendela.
“Kemudian melihat Lettu Laut Eko sudah dalam keadaan bersimbah darah dengan posisi tubuh bersandar pada dinding ruangan,” ujar Endi.
Ketika itu terdapat senapan serbu SS-2 V1 produksi PT Pindad yang tersandar dengan posisi popor di atas paha sebelah kanan Eko.
Para prajurit pun mendobrak pintu dan segera membawa Eko ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dekai.
“Lettu Eko yang saat itu masih dalam keadaan hidup atau benyawa. Jadi saat itu masih hidup,” ujar Dankormar.
Baca juga: Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...
Lettu Laut Eko tiba di RSUD Dekai pada pukul 13.15 WIT dan langsung mendapatkan penanganan medis oleh dokter jaga.
Pada pukul 14.00 WIT, dokter jaga RSUD Dekai menyampaikan bahwa nyawa Lettu Laut Eko tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
Dalam konferensi pers ini, Korps Marinir juga menghadirkan dokter jaga RSUD Dekai, dr April, secara daring.
Hasil penyelidikan Marinir TNI AL menunjukkan, Eko tewas setelah melepaskan tembakan dari kepala sebelah kanan tembus kepala kiri atas.
Endi menyebutkan, senapan yang dipakai untuk bunuh diri sudah berada di ruangan kesehatan sebelumnya.
“Senjata sudah ada di dalam ruangan. Dokter tidak dibekali dengan pistol. Dokter hanya membawa senapan. ‘Kenapa kok kalau bunuh diri pakai senapan? Kok enggak pakai pistol saja gampang?’. Beliau tidak memegang pistol,” tutur Endi.
Baca juga: Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian
Sebelumnya, keluarga dari Eko menaruh kecurigaan atas tewasnya Eko lantaran terdapat dugaan bekas luka lebam dan sulutan api rokok di jenazah Eko.
"Kami diberitahu kalau Lettu Eko meninggal karena bunuh diri. Kami merasa hal ini sangat janggal karena TNI AL sangat cepat mengambil kesimpulan tanpa autopsi atau penyelidikan hukum," kata kakak kandung Eko, Dedi Pranajaya (39) di Medan, Sumatera Utara, Rabu (15/5/2024), dikutip dari Kompas.id.
Eko seharusnya sudah kembali ke satuan asalnya. Namun, pada 27 April 2024, keluarga menerima kabar tak enak yang menyebut Eko meninggal karena bunuh diri.
Selanjutnya, pihak keluarga menerima jenazah Eko di Medan pada 29 April 2024.
Kontak bantuan
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/