Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Kompas.com - 12/05/2024, 07:41 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan pesan tegas bahwa dirinya tidak ingin diganggu oleh pihak-pihak yang tak mau diajak kerja sama dalam pemerintahannya mendatang.

Hal itu disampaikan Prabowo dalam acara bimbingan teknis dan rapat koordinasi nasional pemilihan kepala daerah (Pilkada) Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2024) petang.

"Saya akan berjuang terus bersama semua kekuatan yang mau diajak kerja sama. Yang tidak mau diajak kerja sama, tidak apa-apa. Kalau ada yang mau nonton di pinggir jalan, silakan jadi penonton yang baik," ujar Prabowo.

"Tapi kalau sudah tidak mau diajak kerja sama, ya jangan mengganggu. Orang lagi mau kerja kok. Kita mau kerja,” kata Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Baca juga: Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo mengatakan bahwa pihaknya ingin mengamankan kekayaan Indonesia.

“Kita mau kerja. Kita mau amankan kekayaan bangsa Indonesia," ujar Prabowo.

Menteri Pertahanan RI itu tidak ingin ada lagi orang Indonesia yang menangis karena lapar. Ia juga menekankan rakyat Indonesia tidak boleh tidak bisa makan.

Penjelasan Gerindra

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menjelaskan maksud pernyataan Prabowo tersebut.

Menurut Habiburokhman, pernyataan semacam itu sering keluar dari Prabowo sejak dulu, baik itu di acara internal Gerindra maupun kampanye.

“Itu adalah pernyataan yang normatif dan sering sekali disampaikan pak Prabowo sejak dahulu,” kata Habiburokhman dalam program Sapa Indonesia Petang di Kompas TV, Jumat (10/5/2024).

Baca juga: Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Habiburokhman mengatakan bahwa pesan Prabowo yang sebenarnya adalah ingin mengimplementasikan politik kebersamaan dan merangkul, agar semua elite bisa bersatu dan bekerja keras untuk kesejahteraan rakyat.

“Bersatu itu belum tentu dalam satu pemerintahan, dalam satu kabinet, bisa di luar pemerintahan maupun di dalam. Tetapi, semangatnya sama-sama ingin melakukan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Kalau ada yang di luar itu maka jangan mengganggu,” ujar Habiburokhman.

Menurut Habiburokhman, pernyataan Prabowo itu tidak perlu diperdebatkan hingga dipertanyakan peruntukannya.

Baca juga: Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Habiburokhman juga meminta ke seluruh pihak agar tidak perlu langsung mengarahkan pernyataan Prabowo tersebut ke pihak yang tidak ingin bekerja sama di pemerintahan ke depan.

"Apalagi mengartikannya, mencocok-cocokkan, ‘oh ini ada partai yang sulit komunikasi’, dianggap begitu, lalu dianggap bahwa tujuannya ke sana, enggak sama sekali,” kata Habiburokhman.

“Jangan ada yang mengganggu, kuncinya itu harapannya Pak Prabowo itu kita semua bisa bersatu. Bersatu itu bisa di dalam pemerintahan, bisa di luar pemerintahan tetapi sama-sama orientasinya untuk kemaslahatan bangsa dan negara,” ujar dia.

Baca juga: Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Sementara itu, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menilai, pernyataan Prabowo tersebut menandakan bahwa Prabowo merupakan pejuang sejati.

"Sudah terang benderang kok pernyataannya. Enggak perlu dijelaskan lagi kan, dan Pak Prabowo itu pejuang sejati. Seorang Demokrat," ucap Zulhas usai acara bimtek pilkada PAN di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Jumat.

Kontrol tetap diperlukan

Eks calon presiden Ganjar Pranowo meyakini pihak-pihak yang berada di luar pemerintahan Prabowo-Gibran kelak, justru akan membantu pemerintahan menjadi lebih baik.

Ganjar yang sudah menyatakan sebagai oposisi Prabowo-Gibran usai kalah pilpres ini meyakini, tak ada niatan bagi pihak di luar untuk mengganggu jalannya pemerintahan.

"Yang di luar jangan-jangan malah membantu, karena mengingatkan yang baik, begitu ya," kata Ganjar ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (10/5/2024).

Baca juga: Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Pihak-pihak di luar atau yang tidak bekerja sama dalam pemerintahan, justru akan menjadi penyeimbang yang bisa membuat kerja pemerintah berjalan lebih baik.

Pihak-pihak yang dimaksud Ganjar adalah partai politik hingga koalisi masyarakat sipil.

"Dan check and balances akan berjalan. Dan kalau kemudian partai politik, katakan tidak ikut di pemerintahan, masyarakat sipil tidak ikut di pemerintahan lho, masyarakat sipil bisa lho memberikan catatan-catatan kritis," jelasnya.

Oleh karena itu, mantan Gubernur Jawa Tengah ini meminta agar ruang penyeimbang pemerintahan tetap dibuka lebar.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menyebutkan, tidak ada yang salah dari pernyataan Prabowo tersebut.

Namun, kata dia, kontrol terhadap pemerintahan Prabowo ke depan tetap wajib dilakukan.

"Pak Prabowo benar jangan ganggu pemerintah, orang menang pemilu kok. Tapi kontrol pemerintah wajib,” kata Mardani Ali Sera dikutip dari Kompas TV, Sabtu (11/5/2024).

Baca juga: Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Mardani juga mengatakan, PKS selama hampir dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), selalu menjadi oposisi pemerintah.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya memberikan kritik kepada pemerintah.

"PKS selama ini oposisi tapi kritis dan konstruktif, enggak boleh kritis yang merusak. Indonesia milik kita bersama,” ujar Mardani.

Tanda ada oposisi?

Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi mengatakan bahwa pernyataan Prabowo adalah berkah terselubung.

Menurut Burhanuddin, bisa berarti ada satu atau dua partai politik (parpol) yang tetap konsisten berada di luar pemerintahan mendatang.

“Menariknya di sini ada blessing in disguise dari pernyataan Pak Prabowo. Artinya, kalau kita menafsirkan dari pernyataan Pak Prabowo, ada potensi satu-dua partai setia pada jalur oposisi,” kata Burhanuddin dalam program Sapa Indonesia Petang di Kompas TV, Jumat.

Baca juga: Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Burhanuddin melanjutkan bahwa tanda itu merupakan kabar baik. Sebab, keberadaan oposisi bakal berdampak baik pula untuk demokrasi di Tanah Air.

Adanya oposisi, lanjut dia, bisa menjadi penyeimbang kekuasaan.

“Ini suatu kabar yang baik karena bagaimanapun kan kita melihat dalam beberapa minggu terakhir ada upaya yang sangat sistematik untuk menarik kekuatan di luar masuk dalam kekuasaan. Ini positif buat demokrasi kita,” ujar Burhanuddin.

Lebih lanjut, Burhanuddin menyambut baik apabila Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) jadi oposisi bagi pemerintahan Prabowo.

“Jadi kita menyambut positif PDI-P kalau setia dalam jalur oposisi karena itu bagian dari mandat konstitusi. Bukan untuk demokrasi saja tapi juga untuk memberikan kritik yang konstruktif buat kekuasaan,” kata Burhanuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

Nasional
Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com