Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Setyo Budiantoro
Dosen

Nexus Strategist Perkumpulan Prakarsa dan Pengajar Pasca-Sarjana Universitas Udayana

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Kompas.com - 06/05/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRABOWO Subianto, presiden terpilih Indonesia, telah mengusulkan pembentukan Presidential Club, inisiatif inovatif yang bertujuan mengumpulkan para mantan presiden Indonesia.

Tujuan dari forum ini adalah untuk memanfaatkan pengetahuan, pengalaman, dan keahlian para mantan pemimpin untuk mendukung pembuatan kebijakan publik dan memperkuat diplomasi negara.

Gagasan ini didasarkan pada keyakinan bahwa kebijaksanaan dari pemimpin terdahulu dapat membantu Indonesia menghadapi tantangan domestik dan internasional dengan lebih efektif.

Konsep seperti Presidential Club bukanlah hal baru di panggung global. Beberapa negara telah mengimplementasikan model serupa, di mana pengalaman para pemimpin sebelumnya diintegrasikan untuk mendukung pemerintahan yang ada serta memberikan pandangan berharga dalam mengatasi isu-isu kritis.

Di Amerika Serikat, misalnya, The Presidents Club, meskipun tidak terstruktur secara formal, memungkinkan para mantan presiden untuk berkonsultasi satu sama lain dan bekerja sama dalam proyek kemanusiaan serta memberikan dukungan selama krisis nasional.

The Elders, inisiatif global yang didirikan oleh Nelson Mandela, melibatkan sekelompok mantan pemimpin dunia yang berdedikasi untuk mengatasi masalah global seperti konflik, ketidakadilan, pembangunan berkelanjutan dan pelanggaran hak asasi manusia.

Spanyol dengan "Club de Madrid"-nya, yang beranggotakan lebih dari 100 mantan pemimpin dunia, berkomitmen untuk memperkuat demokrasi secara global melalui dialog, mediasi, dan konsultasi kebijakan.

Di Korea Selatan, fokus pada pelestarian sejarah dan pendidikan publik tercermin dalam "Presidential Archives", yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dokumen sejarah dan forum diskusi kebijakan yang melibatkan mantan presiden.

Organisasi-organisasi ini menunjukkan bagaimana pengalaman para mantan pemimpin dapat dimanfaatkan untuk membawa stabilitas dan reformasi yang signifikan.

Dari contoh internasional tersebut, "The Elders" dan "Club de Madrid" tampak sebagai dua organisasi yang paling berpengaruh, mengingat aktivitas mereka yang luas dan langsung dalam isu-isu global serta kontribusi nyata mereka terhadap perubahan sosial dan politik di banyak negara.

Keberhasilan organisasi-organisasi ini menunjukkan potensi besar dari inisiatif yang diusulkan oleh Prabowo, yang bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap kebijakan nasional dan internasional Indonesia.

"Presidential Club" yang akan dibentuk di Indonesia perlu menetapkan tujuan jelas dari awal. Klub ini tidak hanya akan menjadi tempat bagi mantan presiden untuk bertukar ide, tetapi juga sebagai sumber nasihat strategis bagi pemerintahan yang sedang berlangsung.

Dengan menggabungkan kebijaksanaan dan pengalaman dari Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Joko Widodo, klub ini dapat memengaruhi berbagai aspek kebijakan dari keamanan nasional hingga pembangunan ekonomi dan sosial.

Selain itu, "Presidential Club" dapat memainkan peran penting dalam mengatasi fenomena "cancel culture" dalam konteks kebijakan publik di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah.

"Cancel culture" dalam konteks ini merujuk pada kecenderungan untuk membatalkan atau mengubah secara drastis kebijakan-kebijakan pemerintahan sebelumnya setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan.

Fenomena ini seringkali menimbulkan frustrasi dan kekhawatiran di kalangan masyarakat, karena perubahan tersebut dapat memerlukan adaptasi yang signifikan dan sering kali memulai semuanya dari awal.

Klub ini, yang menghimpun para mantan presiden, dapat menjadi wadah strategis untuk memperkuat kontinuitas kebijakan, mendorong dialog antarpemimpin dari berbagai era, dan meminimalkan pengaruh negatif dari "cancel culture".

Dengan memanfaatkan pengalaman dan kebijaksanaan para mantan presiden, klub ini bisa memfasilitasi proses transfer pengetahuan lebih efektif, memastikan bahwa kebijakan yang baik dan telah terbukti efektivitasnya terus dilanjutkan atau disempurnakan, bukan dihapus.

Penting bagi klub ini untuk beroperasi dengan transparansi dan independensi dari kepentingan politik atau bisnis saat ini untuk menjaga integritas dan kepercayaan publik.

Lebih dari sekadar pertukaran ide, Presidential Club bisa berperan sebagai pembangun jembatan antarpartai politik yang sering kali terpecah oleh rivalitas.

Kehadiran para mantan pemimpin dari latar belakang politik yang berbeda dapat memfasilitasi dialog lebih konstruktif, mempromosikan pemahaman dan kompromi yang bisa meredakan tensi politik.

Jaringan global yang dimiliki oleh para mantan presiden ini dapat membantu membuka pintu baru untuk kerja sama bilateral dan multilateral, memperkuat posisi Indonesia dalam berbagai forum internasional, dan meningkatkan pengaruh negara di panggung global.

Inisiatif ini juga berpotensi membantu mengurangi polarisasi politik dengan mempromosikan dialog antara partai-partai politik yang berbeda.

Dengan berbagi pengalaman dan pandangan, para mantan pemimpin dapat mendorong partai politik saat ini untuk menemukan dasar yang sama, pada gilirannya dapat membantu dalam pencapaian konsensus dan keputusan lebih inklusif dan menerima keberagaman.

Presidential Club yang diusulkan oleh Prabowo tidak hanya akan berfungsi sebagai wadah dialog dan konsultasi, tetapi juga sebagai simbol kesinambungan dan stabilitas kepemimpinan di Indonesia.

Klub ini dapat menjadi contoh bagaimana pengalaman dan kebijaksanaan yang telah teruji oleh waktu dapat dimanfaatkan untuk membantu memandu dan mendukung pemerintahan yang ada serta menginspirasi generasi pemimpin mendatang.

Ini dapat memperkuat fondasi demokrasi di Indonesia, mendukung kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan, serta memosisikan Indonesia sebagai negara yang memiliki pemimpin stabil dan visioner di kancah internasional.

Peluang untuk membangun jembatan antargenerasi pemimpin ini juga merupakan langkah penting dalam mendidik masyarakat dan generasi muda tentang pentingnya kepemimpinan bertanggung jawab dan berorientasi pada kebaikan bersama.

Presidential Club dapat menjadi forum di mana nilai-nilai kepemimpinan yang efektif, transparansi, dan akuntabilitas tidak hanya diajarkan, tetapi juga dipraktikkan secara nyata.

Ini adalah langkah maju yang berani dan potensial dalam politik Indonesia, yang jika dilaksanakan dengan bijak dan strategis, tidak hanya akan meningkatkan kualitas kebijakan dan diplomasi, tetapi juga akan meningkatkan kepercayaan publik dalam kepemimpinan nasional.

Keberhasilan Presidential Club akan menjadi bukti bahwa Indonesia tidak hanya menghargai pengalaman masa lalunya, tetapi juga berkomitmen memanfaatkannya demi masa depan yang lebih cerah dan stabil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi 'Online' ke MKD

DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi "Online" ke MKD

Nasional
Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Nasional
PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Nasional
Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Nasional
BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

Nasional
Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Nasional
Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Nasional
Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Nasional
PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

Nasional
Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Nasional
KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com