Menahan diri untuk tidak makan atau minum banyak dikenal. Menahan diri intinya adalah tidak menjalani hal-hal yang bersifat duniawi.
Makan dan minum adalah simbol utama dari kenikmatan jasmani. Kenikmatan ini simbolis bagi manusia, bagi hidup bisa dengan menjauhi hal-hal duniawi. Kenikmatan juga berupa spiritual.
Ajaran-ajaran lama di Nusantara seperti bertapa, tirakat, semedi, menyepi, dan menjauhi hal-hal yang menjadi kebutuhan raga semestinya juga dihayati dalam ibadah puasa.
Surah Al-Baqarah tersebut juga menjelaskan bahwa puasa sudah dijalani oleh orang-orang sebelum masa Islam.
Dalam Yahudi ada semacam puasa, yaitu Yom Kippur. Ritual itu masih dijalani umat Yahudi hingga saat ini. Menahan diri selama 25 jam.
Hampir sama dalam puasa Ramadhan dalam Yom Kippur diharapkan umat Yahudi berdoa, bertobat, dan melakoni banyak pantangan: makan, minum, kegiatan seksual, pakaian mewah, wangi-wangian, sebagaimana juga pantangan-pantangan pada hari Sabbath.
Tentu Ramadhan dalam Islam berbeda karena sebulan punuh, sedangkan Yom Kippur sehari saja.
Begitu juga dalam agama Katolik dan Kristen juga mengenal puasa. Dari hari Rabu Abu sampai Jumat Agung, yaitu tanggal 14 Februari sampai 30 Maret, umat Katolik berpuasa. Makan sehari sekali atau tidak boleh kenyang lebih dari sekali dalam satu hari.
Tidak sama dengan puasa Ramadhan yang absen makan dan minum sama sekali dari fajar sampai matahari terbenam.
Puasa Ramadhan sepertinya paling menantang, karena sebulan penuh, menahan haus dan dahaga dari fajar hingga maghrib.
Lebih sulit lagi sebetulnya adalah menahan nafsu, keinginan, kenikmatan jasmani, dan memilih kenikmatan rohani lewat menahan diri.
Dalam Kristen juga dikenal puasa Musa, puasa Yesus, dan puasa Ester. Menahan diri tidak makan dan minum memang sudah lama dikenal manusia untuk meresapi makna menderita dalam hidup.
Penderitaan paling dasar adalah menahan lapar dan haus. Tentu Buddhisme mengenal ajaran penderitaan, dan menjadikannya refleksi paling utama.
Semoga kita lalui puasa Ramadhan baik yang menjalani secara Islami, atau pun sesuai dengan ajaran-ajaran iman lain.
Puasa harus membuat manusia lebih sadar diri, toleransi, dan bijak. Sebagaimana Nyepi, puasa harus mematikan api dalam diri (amati geni), salah satu pantangannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.