Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Pilih Pemimpin Harus Dilihat, Jangan Asal Keren Saja

Kompas.com - 19/01/2024, 15:10 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta masyarakat teliti dalam memilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Ia mengingatkan rakyat supaya tak asal memilih calon pemimpin.

Ini disampaikan Megawati dalam acara perayaan Natal PDI-P dan Relawan Damai Sejahtera for Ganjar-Mahfud (Reds) di Jakarta International Expo, Kamis (18/1/2024).

“Terserah aja mau milih siapa, tapi pakai ini,” kata Megawati sambil menunjuk kepalanya sendiri.

“Orang mau nyari pemimpin itu kan mesti dilihat, jangan asal kerennya saja,” lanjutnya.

Megawati menyerukan agar jajaran partai banteng dan relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD terus bergerak turun ke rakyat. Ia ingin rakyat memilih capres-cawapres yang benar-benar dapat memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan.

“Kalau Ibu, sih, memilihnya yang ganteng, yang pintar, yang simpatik,” kata Megawati.

Baca juga: Megawati Sebut Intimidasi Banyak Dirasakan Masyarakat, Mahfud: Kalau Saya Biasa Saja

“Nomor kita nomor berapa?!” serunya di hadapan para kader dan relawan PDI-P.

“Tiga!” teriak para kader dan relawan.

“Tiga itu siapa yang dipilih?!” lanjut Mega.

“Ganjar-Mahfud!” seru para kader dan relawan.

Pada kesempatan yang sama, Megawati meminta rakyat tidak takut pada intimidasi yang mungkin terjadi selama Pemilu 2024. Sebab, katanya, kekuasaan yang berjalan tidaklah abadi.

Megawati menyinggung kasus intimidasi oleh oknum TNI terhadap relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Memang, kata Mega, penggunaan knalpot brong oleh sejumlah relawan yang ditengarai jadi pemicu keributan tidak dapat dibenarkan. Namun, tindakan oknum TNI mengeroyok warga sipil jelas menyalahi aturan.

Presiden kelima RI itu mengatakan, dirinya pernah menjadi pemimpin negara. Sehingga, ia mengaku paham betul terhadap aturan.

“Saya tahu aturan republik ini, seperti apa yang namanya TNI, Polri, yang namanya aparat, karena saya pun pernah memimpin republik ini,” ujar Megawati.

“Tapi tidak pernah ketika saya tidak jadi, tidak pernah saya ribut, ketika diperlakukan tidak baik, tidak pernah ribut, karena cinta saya kepada bangsa dan Republik Indonesia ini,” lanjutnya dengan nada tinggi.

Megawati bilang, pemilu sebenarnya diperuntukkan buat rakyat. Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama untuk memilih pemimpinnya.

Baca juga: Sedih Aparat Keroyok Relawan Ganjar, Megawati: Situ Anak Rakyat, Digaji Rakyat

Ia pun heran terhadap pihak-pihak yang melakukan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan. Namun, Mega tak menyebut siapa pihak yang dimaksud.

“Mengapa ada orang-orang yang karena ingin kekuasaan tetap langgeng, sehingga melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh siapa saja,” ujarnya.

Megawati melanjutkan, Indonesia mencapai kemerdekaan karena pengorbanan besar rakyat. Oleh karenanya, ia tidak ingin rakyat diganggu hanya karena beda pilihan saat pemilu.

Pemilu, lanjut dia, mestinya menjadi ajang buat rakyat bersenang-senang, bukan adu ketegangan. Mega menyebut, rakyat harusnya diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan.

“Ingat, jangan sakiti hati rakyat!” tutur putri Proklamator Soekarno itu.

“Jadi kalau nanti ada intimidasi, enggak usah takut, ngomong aja, ‘Pak, lha wong situ ya anak rakyat kok, dibesarkan oleh rakyat, diberi gaji oleh uangnya rakyat yang dari pajak’,” lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Nasional
Momen Jokowi 'Nge-Vlog' Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Momen Jokowi "Nge-Vlog" Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Nasional
Refleksi Hari Pancasila, Mahfud Harap Semua Pemimpin Tiru Bung Karno yang Mau Berkorban untuk Rakyat

Refleksi Hari Pancasila, Mahfud Harap Semua Pemimpin Tiru Bung Karno yang Mau Berkorban untuk Rakyat

Nasional
Singgung Kesejarahan Ende dengan Bung Karno, Megawati: Pancasila Lahir Tidak Melalui Jalan Mudah

Singgung Kesejarahan Ende dengan Bung Karno, Megawati: Pancasila Lahir Tidak Melalui Jalan Mudah

Nasional
Minta Tapera Tak Diterapkan, PDI-P: Rakyat Sedang Hadapi Persoalan yang Berat

Minta Tapera Tak Diterapkan, PDI-P: Rakyat Sedang Hadapi Persoalan yang Berat

Nasional
 Jokowi Targetkan Blok Rokan Produksi Lebih dari 200.000 Barel Minyak per Hari

Jokowi Targetkan Blok Rokan Produksi Lebih dari 200.000 Barel Minyak per Hari

Nasional
Aturan Intelkam di Draf RUU Polri Dinilai Tumpang Tindih dengan Tugas BIN dan BAIS TNI

Aturan Intelkam di Draf RUU Polri Dinilai Tumpang Tindih dengan Tugas BIN dan BAIS TNI

Nasional
Revisi UU TNI-Polri, PDI-P Ingatkan soal Dwifungsi ABRI

Revisi UU TNI-Polri, PDI-P Ingatkan soal Dwifungsi ABRI

Nasional
Antam Pastikan Keaslian dan Kemurnian Produk Emas Logam Mulia

Antam Pastikan Keaslian dan Kemurnian Produk Emas Logam Mulia

Nasional
Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Nasional
Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK, PDI-P: Banyak yang Kita Tak Tahu 'Track Record' Pemberantasan Korupsinya

Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK, PDI-P: Banyak yang Kita Tak Tahu "Track Record" Pemberantasan Korupsinya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com