Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Reza Indragiri Amriel
Alumnus Psikologi Universitas Gadjah Mada

Melecehkan Wakil Presiden Usia Belia

Kompas.com - 17/10/2023, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PUTUSAN Mahkamah Konstitusi (MK) yang menggemparkan itu memang tidak menunjuk batang hidung siapa pun. Namun santer publik tafsirkan, putusan MK tersebut niscaya melapangkan jalan bagi Prabowo Subianto, selaku bakal capres, untuk memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai pendampingnya di kontestasi pilpres 2024.

Semakin "serasi" karena Prabowo dan Gibran sama-sama lahir bulan Oktober.

Catatan kecil ini menyoroti putusan MK tersebut dari sisi capres Prabowo dan cawapresnya (kemungkinan adalah Gibran).

Pertama, dari sisi Prabowo. Tanggal 17 Oktober 2023 ini, Prabowo berumur 71 tahun. Kisaran umur segitu adalah setara dengan angka harapan hidup orang DKI Jakarta, mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS).

Kalkulasi di atas kertas dengan menjadikan angka dari BPS itu sebagai acuan, tersedia alasan untuk khawatir akan kesanggupan Prabowo untuk menjalankan tugas kepresidenan--sekiranya ia terpilih--secara efektif.

Saya sendiri hari-hari belakangan ini terhantui oleh penampakan anjloknya kapasitas kognitif Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada berbagai kesempatan kenegaraan.

Begitu parahnya kondisi Biden, sampai-sampai ada kalangan yang menyebut tokoh kelahiran tahun 1941 silam itu sudah semestinya meninggalkan White House menuju nursing house alias panti wreda.

Kembali ke Prabowo. Dengan kondisi yang mungkin saja mengharuskannya untuk beristirahat penuh dari kursi presiden, rakyat Indonesia bisa saja mendadak sontak harus menjalani kehidupan di bawah kepemimpinan wakil presiden.

Dengan hitung-hitungan sedemikian rupa, terlebih bagi capres yang usianya sangat berdekatan dengan batas tertinggi angka harapan hidup orang Jakarta, menjadi kemutlakan baginya untuk menunjuk cawapres yang punya kesiapan untuk menerima peralihan tongkat kepemimpinan secara tiba-tiba.

Anggaplah cawapres itu, pada masa pra hari pencoblosan, begitu memesona berkat prospeknya sebagai pendulang suara.

Namun kelak setelah ia dilantik sebagai wapres, apalagi dalam situasi genting seperti tergambar di atas, besaran jumlah suara bukan lagi sesuatu yang paling dibutuhkan.

Sebaliknya, tentu, kompetensi kepemimpinan sang wapres yang akan menjadi penentu rubuh tegaknya Indonesia.

Dengan kerangka berpikir tersebut, dapat dinyatakan: betapa tidak bertanggung jawabnya Prabowo sekiranya ia tidak secara sungguh-sungguh berpikir sejauh itu saat memilih cawapresnya.

Kesembronoan itu pun layak dipotret sebagai bentuk penistaan jabatan wakil presiden oleh sang presiden. Yang terbayang, wakil presiden bukan sosok yang benar-benar Prabowo butuhkan.

Wakil presiden seolah dibelai-belai sebelum pilpres, namun--deja vu--akan langsung diabaikan lalu tak berfungsi sehari setelah pelantikan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Komisi I DPR Yakin RUU TNI Tak Bangkitkan Dwifungsi ABRI

Anggota Komisi I DPR Yakin RUU TNI Tak Bangkitkan Dwifungsi ABRI

Nasional
Bertemu Menhan AS, Prabowo: Saya Apresiasi Dukungan AS Dalam Modernisasi Alutsista TNI

Bertemu Menhan AS, Prabowo: Saya Apresiasi Dukungan AS Dalam Modernisasi Alutsista TNI

Nasional
Bertemu Zelensky, Prabowo Bahas Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

Bertemu Zelensky, Prabowo Bahas Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

Nasional
Keluarga Besar Sigar Djojohadikusumo Gelar Syukuran Terpilihnya Prabowo Presiden RI di Langowan

Keluarga Besar Sigar Djojohadikusumo Gelar Syukuran Terpilihnya Prabowo Presiden RI di Langowan

Nasional
Banyak Keterlambatan, Ketepatan Penerbangan Jemaah Haji Baru 86,99 Persen

Banyak Keterlambatan, Ketepatan Penerbangan Jemaah Haji Baru 86,99 Persen

Nasional
Kemenhub Catat 48 Keterlambatan Penerbangan Jemaah Haji, Paling Banyak Garuda Indonesia

Kemenhub Catat 48 Keterlambatan Penerbangan Jemaah Haji, Paling Banyak Garuda Indonesia

Nasional
PSI: Putusan MA Tak Ada Kaitannya dengan PSI maupun Mas Kaesang

PSI: Putusan MA Tak Ada Kaitannya dengan PSI maupun Mas Kaesang

Nasional
Kunker ke Sichuan, Puan Dorong Peningkatan Kerja Sama RI-RRC

Kunker ke Sichuan, Puan Dorong Peningkatan Kerja Sama RI-RRC

Nasional
Jokowi Beri Ormas izin Usaha Tambang, PGI: Jangan Kesampingkan Tugas Utama Membina Umat

Jokowi Beri Ormas izin Usaha Tambang, PGI: Jangan Kesampingkan Tugas Utama Membina Umat

Nasional
MA Persilakan KY Dalami Putusan Batas Usia Calon Kepala Daerah

MA Persilakan KY Dalami Putusan Batas Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Tingkatkan Pelayanan, Pertamina Patra Niaga Integrasikan Sistem Per 1 Juni 2024

Tingkatkan Pelayanan, Pertamina Patra Niaga Integrasikan Sistem Per 1 Juni 2024

Nasional
Politik Belah Bambu, PDI-P Bantah Tudingan Projo yang Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo

Politik Belah Bambu, PDI-P Bantah Tudingan Projo yang Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo

Nasional
Narasi Anak Muda Maju Pilkada Usai Putusan MA Dianggap Cuma Pemanis

Narasi Anak Muda Maju Pilkada Usai Putusan MA Dianggap Cuma Pemanis

Nasional
Putusan MA Dianggap Pragmatisme Politik Jokowi demi Kaesang

Putusan MA Dianggap Pragmatisme Politik Jokowi demi Kaesang

Nasional
Prabowo Minta AS dan China Bijak supaya Tak Bawa Bencana

Prabowo Minta AS dan China Bijak supaya Tak Bawa Bencana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com