"Memang kalau kita lihat dari basis massa, dari segi karakter keduanya berbeda. Anies juga kelompok intelektualis yang bisa menggarap segi masyarakat menengah atas," kata Ujang kepada Kompas.com, Rabu (13/9/2023).
"Sedangkan Cak Imin bisa menggarap kelas bawah karena PKB grassroots-nya pedesaan. Saya melihat ini saling melengkapi," sambung dia.
Ujang menilai, poros kekuatan Anies dan Cak Imin cukup lengkap.
Mengingat, Anies yang diusung oleh Partai Nasdem mempunyai basis massa yang kuat dari kelompok nasionalis.
Baca juga: Anies Baswedan Sepakat Nama Poros Pendukungnya Tetap Koalisi Perubahan
Belum lagi kehadiran kelompok Islam lainnya, seperti Partai Ummat dan Partai Masyumi yang telah menyatakan dukungannya kepada Anies.
"Apalagi ditambah PKS jika nanti masuk. Itu di situ blok nasionalis ada, blok Islam tradisionalnya ada PKB, dan islam dari PKS juga ada," ujar Ujang.
"Jadi sebenarnya pasangan ini didukung oleh partai Islam, Masyumi, Ummat. Jadi semua kekuatan islam ya banyak juga di poros ini," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan bahwa secara elektoral, basis massa Anies dan Cak Imin mempunyai dampak.
Dampak itu ada apabila keduanya mampu mewadahi aspirasi Islam perdesaan dan Islam perkotaan yang selama ini memiliki kekhasan masing-masing.
Pada tahap ini, Agung menuturkan, keduanya perlu mencari titik temu yang tepat agar tak menjadi senjata makan tuan alias bumerang politik.
"Utamanya kelak ketika harus merespon isi-isu keumatan maupun soal-soal kebangsaan," kata Agung.
Sedangkan secara institusional, duet Anies dan Cak Imin yang dibawa gerbong Nasdem, PKB, dan disusul PKS dinilai bisa saling melengkapi jika keduanya mampu melakukan kerja politik dan kerja publik secara konsisten.
Menimbang, lanjut Agung, capres lainnya juga akan bergerak dalam ruang lingkup demografi yang sama.
Dengan pertimbangan itu, Agung melanjutkan, Anies bisa saja fokus menggarap DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten sebagai basis utamanya. Sedangkan Cak Imin fokus ke Jawa Timur.
"Dengan demikian ceruk pemilih masing-masing bisa fokus dengan sosok yang diusung," ungkap Agung.
Agung menambahkan, pilpres pada dasarnya merupakan pertarungan figur, soal bagaimana rekam dan jejak, kualitas personal, dan visi-misi-program yang ditawarkan.
Dengan begitu, pasangan Anies dan Cak Imin bisa menjadi pelengkap saja apabila keduanya tak memiliki kebaruan yang ditawarkan kepada publik.
"Bila Anies-Cak Imin tak memiliki kebaruan dalam duet yang ditawarkan baik dalam konteks perubahan ataupun keberlanjutan, maka pasangan ini sekedar pelengkap dalam pilpres nanti," imbuh dia.
(Penulis: Adhyasta Dirgantara | Editor: Diamanty Meiliana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.