SEBAGAI salah satu negara demokrasi terbesar di dunia-dengan corak Pancasila, Indonesia tentu tidak bisa lepas dari berbagai macam tantangan zaman kiwari, yang harus dihadapi oleh seluruh rakyat untuk dapat terus memperkuat dan memajukan sistem demokrasi dalam bernegara.
Terhitung sejak era Reformasi di Indonesia, ada beberapa catatan penting terkait proses demokratisasi yang masih perlu dibenahi.
Masalah korupsi, tetap menjadi salah satu tantangan terbesar dalam politik Indonesia. Korupsi mengoyak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan menghalangi pembangunan berkelanjutan.
Saat ini korupsi merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, karena telah merusak tata kelola pemerintahan yang baik. Oleh sebab itu, maka pemberantasan korupsi harus diutamakan tanpa pandang bulu.
Dampak utama korupsi yang terus merajalela di Indonesia, telah menggerus kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga pemerintah dan sistem politik. Ini dapat mengurangi partisipasi politik dan dukungan terhadap demokrasi.
Dana publik yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan pelayanan masyarakat, seringkali disalahgunakan oleh individu atau kelompok yang korup.
Tentu hal ini telah mengakibatkan ketidaksetaraan sosial-ekonomi dan memperburuk kemiskinan.
Alhasil, dana yang terbuang akibat korupsi dapat menghambat pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor lain yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, korupsi juga menyebabkan ketidakadilan dalam sistem hukum, di mana orang-orang kaya dan merasa berkuasa dapat menghindari pertanggungjawaban, sementara orang-orang miskin terpinggirkan dan terpuruk.
Nampaknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sudah dibentuk pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, dan reformasi peraturan anti-korupsi, masih belum ampuh benar menindas para koruptor.
Bangsa ini perlu memikirkan cara lain untuk memberantas praktik yang terbukti bisa merugikan anak-cucu kita hingga tujuh turunan.
Tantangan selanjutnya bagi demokrasi kita adalah, ketidaksetaraan sosial-ekonomi. Meskipun secara nyata telah terjadi kemajuan ekonomi, ternyata ketidaksetaraan sosial-ekonomi ternyata masih bercokol di Indonesia.
Ketimpangan pendapatan antara kelompok-kelompok sosial dan wilayah, masih menjadi masalah yang perlu diatasi. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap ketidaksetaraan ini.
Ketimpangan regional. Ada ketidaksetaraan besar antara wilayah-wilayah di Indonesia. Pulau-pulau besar seperti Jawa dan Sumatera, cenderung lebih maju perekonomiannya dibandingkan dengan pulau-pulau yang lebih kecil dan terpencil.
Disparitas pendidikan. Akses dan kualitas pendidikan juga memainkan peran penting dalam ketidaksetaraan.
Orang-orang dengan akses pendidikan yang lebih baik, memiliki peluang ekonomi lebih besar, sementara yang kurang beruntung terkadang terperangkap dalam siklus kemiskinan.
Akses ke lapangan kerja. Masalah ketidaksetaraan juga terlihat dalam akses ke lapangan kerja dan peluang pekerjaan yang layak.
Orang-orang dengan keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi, cenderung memiliki peluang kerja lebih baik.
Pajak dan kebijakan ekonomi. Sistem pajak dan kebijakan ekonomi dapat memengaruhi ketidaksetaraan. Menerapkan kebijakan pajak yang adil dan mengarahkan investasi ke daerah-daerah yang kurang berkembang, adalah salah satu langkah yang dapat diambil untuk mengatasi ketidaksetaraan.
Pemerintah Indonesia memang telah berusaha mengatasi ketidaksetaraan ini melalui berbagai program pembangunan dan sosial, termasuk program-program bantuan, investasi infrastruktur, dan program pelatihan untuk meningkatkan akses dan peluang bagi masyarakat yang kurang beruntung.
Namun, upaya berkelanjutan sangat diperlukan untuk mengurangi ketidaksetaraan sosial-ekonomi secara tepat guna.