Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutan Sjahrir dan Radio Philips yang Kabarkan Kekalahan Jepang

Kompas.com - 04/08/2023, 20:39 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan dalam masa kemerdekaan tidak hanya dilakukan dengan cara mengangkat senjata. Sejumlah tokoh menempuh jalan tanpa kekerasan melalui radio buat mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Pada saat itu, pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta, oleh Soekarno sama sekali tidak direkam dan disiarkan.

Pembacaan itu dilakukan di depan massa yang dilanjutkan dengan upacara bendera Merah Putih.

Berita tentang pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu kemudian diteruskan melalui berbagai media. Yakni media cetak dan radio.

Baca juga: Maria Duchateau, Si Nyonya Belanda Pemikat Hati Sutan Sjahrir

Ketika itu pemberitaan tentang proklamasi melalui siaran radio yang paling diandalkan karena daya jangkaunya. Akan tetapi, para pejuang mesti kucing-kucingan dengan aparat pemerintah pendudukan Jepang yang ketika itu masih bercokol di Indonesia.

Pemerintah pendudukan Jepang saat itu juga memberlakukan sensor dan pembatasan penerimaan siaran radio yang bisa ditangkap masyarakat.

Seluruh perangkat radio yang dijual di masyarakat sudah disegel oleh pemerintah pendudukan Jepang. Mereka juga memutus siaran berita dari luar negeri.

Dalam buku Sutan Sjahrir: Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya disebutkan, saat itu sang dia mempunyai sebuah radio tak bersegel yang didapat dari Chairil Anwar dan Des Alwi.

Chairil Anwar merupakan keponakan Sjahrir. Chairil dan sang ibu, Saleha, pernah tinggal di rumah Sjahrir.

Baca juga: Diplomasi Sutan Sjahrir dalam Memperjuangkan Kemerdekaan RI

Sjahrir juga yang memberikan modal kepada Chairil dan Des Alwi berjualan barang bekas. Dari jual beli itulah Chairil mendapatkan sebuah perangkat radio merek Philips yang tidak disegel dan diberikan kepada sang paman.

Pada 14 Agustus 1945 petang, Sjahrir menyalakan radio itu dan mendengar siaran berita dari luar negeri yang mengabarkan pemerintah Kekaisaran Jepang menyerah kepada Sekutu setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Bom itu dijatuhkan masing-masing pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.

Setelah mendengarkan siaran itu, Sjahrir mengabarkan informasi itu kepada anggota kelompok perjuangan bawah tanah.

Baca juga: Sutan Sjahrir: Masa Muda, Kiprah, Penculikan, dan Akhir Hidup


Siaran itu disebarkan ke Cirebon, Garut, dan Semarang. Berita itu juga yang membuat tokoh pemuda seperti Chairul Saleh, Sukarni, Wikana dan lain-lainnya yang kerap berkumpul di asrama Menteng 31 mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Sjahrir merasa ini adalah momentum yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan RI. Dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu, terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Nasional
Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Nasional
Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Nasional
Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Nasional
Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Nasional
Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Nasional
KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

Nasional
Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Nasional
Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Nasional
Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Nasional
Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Pegawai Kementan Bikin Perjalanan Dinas Fiktif demi Penuhi Kebutuhan SYL

Nasional
Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Sidang SYL, Saksi Ungkap Permintaan Uang Rp 360 Juta untuk Sapi Kurban

Nasional
Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Hadiri Perayaan Ultah Hendropriyono, Prabowo Dihadiahi Patung Diponegoro

Nasional
Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celsius pada Puncak Haji

Nasional
Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com