JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Imam Supriyanto mengaku prihatin sekaligus heran dengan persoalan yang menimpa lembaga tersebut.
Pasalnya, ponpes yang berada di Jawa Barat itu kerap diberitakan bermasalah dan belum juga dituntaskan hingga saat ini.
"Sebetulnya banyak prihatinnya ya, ngelihat kok Al Zaytun lagi, Al Zaytun lagi, dari 2011 selalu Al Zaytun. Cuma yang saya heran kok enggak dituntaskan kalau ada masalah, gitu kan. Kalau itu jadi masalah buat bangsa dan negara ini. Gitu," ujar Imam dalam acara Gaspol Kompas.com, sebagaimana disiarkan YouTube Kompas.com, Rabu (5/7/2023).
Baca juga: Imam Supriyanto Cerita Awal Berdirinya Al Zaytun: Program Nasional NII KW 9
Saat ponpes tersebut menjadi perbincangan khalayak baru-baru ini, keprihatinan Imam kembali terusik. Mengingat lembaga pendidikan itu tak hanya jadi obrolan ibu-ibu dan orangtua, tapi juga sudah sampai generasi muda.
Sehingga, dia khawatir nantinya para alumni ikut terkena dampaknya.
"Iya muncul lagi di pemberitaan. Muncul lagi di khalayak umum, muncul lagi pembicaraan emak-emak dan sebagainya gitu kan. Apalagi generasi muda kan bingung. Ini Al Zaytun lagi, Al Zaytun lagi. Apalagi alumninya kan, pasti mereka prihatin juga gitu," lanjut Imam.
Dia lantas menceritakan awal mula berdirinya lembaga pendidikan tersebut pada 1994. Imam mengatakan, Ponpes Al Zaytun didirikan sebagai salah satu program dari Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah (KW) 9.
"Sebetulnya, Al Zaytun didirikan itu adalah sebagai salah satu program dari NII KW 9. NII itu apa? NII itu Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9," katanya.
Imam menjelaskan, keberadaan NII di Indonesia sejak zaman Kartosuwiryo, kemudian berlanjut ke Kahar Muzakar lalu dilanjutkan oleh Agus Abdullah, Abu Daud dan Adah Jaelani.
Saat masa kepemimpinan Adah Jaelani itulah, NII yang tadinya hanya memiliki 7 wilayah komandemen, bertambah menjadi 9 wilayah komandemen.
"Wilayah komandemen 9 itu meliputi, Bekasi, Jakarta, Tangerang, Banten pada waktu itu," tutur Imam.
Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Pendiri Al Zaytun Bongkar Beking hingga Perputaran Uang dari Pengikut NII
Untuk Jakarta sendiri memiliki tugas atau misi merekrut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berbasis akademis hingga jenjang pendidikan S1, S2 dan S3. Sehingga, perekrutannya dilakukan sendiri oleh organisasi NII.
"Artinya lulus dari lembaga pendidikan yang dibuat oleh komandemen wilayah 9," tutur Imam.
Selain merekrut SDM yang berkualitas, misi dari wilayah Jakarta adalah menghimpun sejumlah dana.
Nantinya dana dari Jakarta akan digunakan untuk mensubsidi kegiatan NII di wilayah-wilayah lainnya.