Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pada Saatnya Bu Mega Akan Terima Saya", Momen SBY Menanti "Rujuk" dengan Megawati

Kompas.com - 21/06/2023, 10:07 WIB
Tatang Guritno,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hubungan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak pernah hangat dua dekade ini.

Situasi itu bermula sejak kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004, di mana SBY yang merupakan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di era pemerintahan Megawati-Hamzah Haz maju sebagai calon presiden (capres) bersama Jusuf Kalla sebagai pendampingnya.

Kala itu, secara mengejutkan pasangan SBY-JK mengalahkan Megawati-Hasyim Muzadi dengan perolehan suara 60,62 persen berbanding 39,38 persen.

Kerenggangan kian nampak, setelah Megawati-Prabowo kembali mengalami kekalahan melawan SBY-Boediono pada Pilpres 2009.

Selama SBY menjabat sebagai Presiden, Megawati pun tak pernah hadir memenuhi undangan perayaan Kemerdakaan Indonesia di Istana Kepresidenan. Ia hanya diwakili oleh putrinya Puan Maharani atau suaminya Taufiq Kiemas.

Baca juga: Sinyal Rekonsiliasi SBY untuk Megawati, Akankah Bersambut?

Komunikasi yang tak berjalan lancar itu terus berlangsung hingga awal Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla memenangkan Pilpres 2014. Saat itu, SBY sempat mencurahkan keluh kesahnya karena tak berhasil bertemu dengan Megawati untuk membahas soal kebersamaan di DPR.

Ia menceritakan, sempat bertemu dengan Jokowi dan Hatta Rajasa di Istana Negara pada 30 September 2014, tapi SBY menyiratkan kekecewaan karena upayanya untuk ‘mendekati’ Megawati gagal.

“Pertemuan dengan Pak Jokowi berlangsung baik. Ketika PDI-P inginkan kebersamaan di DPR saya sampaikan pertemuan SBY-Mega penting,” cuit SBY melalui akun Twitter-nya @SBYudhoyono saat itu.

“Saya mendengar nanti pada saatnya Bu Mega akan ‘menerima’ saya,” kata dia lagi.

Baca juga: Cerita Politisi PDI-P Diutus Megawati Bertemu SBY, Dititipi 5 Pertanyaan tapi Tak Ada yang Terjawab

Sementara itu, politisi senior PDI-P Pramono Anung mengklaim, pertemuan Megawati dan SBY justru gagal karena sikap SBY yang menolak menerima utusan Megawati yaitu Jokowi, Jusuf Kalla, Puan, dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh ketika itu.

Demokrat hampir masuk koalisi pemerintah

Partai Demokrat sempat hendak menjadi bagian dari partai politik (parpol) pengusung Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2019. Namun, wacana itu batal, hingga akhirnya partai berlambang mercy memilih untuk merapatkan barisan ke kubu Prabowo Subiantoi dan Sandiaga Uno.

SBY mengakui bahwa alasan partainya tak bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi karena hubungan dengan Megawati belum pulih.

“Masih ada jarak. Masih ada hambatan di situ. Saya harus jujur, belum pulih, masih ada jarak,” ucap SBY dalam konferensi pers 25 Juli 2018.

Padahal, SBY mengklaim bahwa Jokowi dengan tangan terbuka menerima Demokrat jika ingin bergabung sebagai pendukungnya.

Baca juga: Jejak Perjumpaan dan Jabat Tangan SBY-Megawati di Tengah Perang Dingin...

“Saya selalu bertanya, apakah kalau Demokrat ada dalam koalisi, partai-partai koalisi itu bisa terima kami? Ya bisa, karena presidennya saya,” tutur SBY menirukan percakapannya dengan Jokowi.

Di sisi lain, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy mengungkapkan Demokrat tinggal selangkah lagi menjadi parpol koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

Bahkan, lobi-lobi politik dilakukan langsung oleh Jokowi pada para ketua umum parpol pendukungnya saat itu. Pada kontestasi elektoral 2019, Jokowi didukung oleh PDI-P, Partai Nasdem, PPP, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Hanura, PSI, Perindo, serta PKPI.

“Pak Jokowi sempat menyampaikan pada para ketua umum, termasuk saya, pada waktu itu Pak Jokowi menyampaikan,’Mas ini Pak SBY ada di sekitar sini, apakah bisa Pak SBY bergabung dalam koalisi ini untuk ikut mengusung saya?’ ucap Rommy dalam acara Gaspol! di YouTube Kompas.com, Kamis (11/5/2023).

Mendengar pernyataan Jokowi itu, Rommy mengaku PPP hanya akan mengikuti suara mayoritas dari parpol pendukung Jokowi. Tapi akhirnya, upaya Jokowi gagal karena ada ketua umum parpol yang tak menerima kehadiran Demokrat dan SBY.

Meski begitu, Rommy enggan membeberkan siapa ketua umum parpol yang resisten pada Demokrat untuk masuk dalam barisan koalisi pengusung Jokowi.

“(Saat itu) pendengaran saya agak terganggu, jadi saya cuma mendengar,’Oh kesimpulannya begini,’ ya sudah,” sebutnya.

Mimpi SBY naik kereta bersama Jokowi dan Megawati

Satu hari setelah pertemuan antara Puan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), SBY kembali memberikan keterangan melalui akun Twitter-nya pada Senin (19/6/2023).

Ia mengaku bermimpi menaiki kereta api ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur bersama Jokowi dan Megawati. Berbagai tafsir pun bermunculan, termasuk harapan agar SBY dan Megawati bisa bertemu setelah kedua anaknya menjalin komunikasi.

Puan menuturkan, kemungkinan itu selalu terbuka. PDI-P pun berharap dua negarawan itu bisa duduk bersama lagi.

Baca juga: Mimpi SBY soal Naik Kereta Bareng Megawati dan Jokowi, Apa Artinya?

“Kita ya tentu saja berharap, pada waktunya nanti, semuanya berkumpul, guyub ya,” ujar Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (20/6/2023).

Ditemui terpisah, Ketua DPP PDI-P Eriko Sutarduga meminta SBY untuk realistis karena saat ini PDI-P dan Demokrat berada dalam posisi politik yang berbeda.

Adapun, Demokrat merupakan bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres). Sedangkan PDI-P, mengusung Ganjar Pranowo untuk menghadapi Pilpres 2024.

“Kita kan saat sekarang hidup di dalam dunia yang nyata. Di dunia yang nyata ini saya harus jujur, sampai saat ini kan katakan Demokrat dalam koalisi yang berbeda,” imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Inklusivitas Gender Jadi Pembahasan Pansel Capim KPK

Inklusivitas Gender Jadi Pembahasan Pansel Capim KPK

Nasional
Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi 'Online'

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi "Online"

Nasional
Pemerintah Putus Akses Internet Judi 'Online' Kamboja dan Filipina

Pemerintah Putus Akses Internet Judi "Online" Kamboja dan Filipina

Nasional
Upaya Berantas Judi 'Online' dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Upaya Berantas Judi "Online" dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Nasional
Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Nasional
Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku 'Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste'

Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste"

Nasional
Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Nasional
Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Nasional
2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

Nasional
TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi 'Online' Bisa Dipecat

TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi "Online" Bisa Dipecat

Nasional
Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Nasional
TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com