Salin Artikel

"Pada Saatnya Bu Mega Akan Terima Saya", Momen SBY Menanti "Rujuk" dengan Megawati

Situasi itu bermula sejak kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004, di mana SBY yang merupakan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di era pemerintahan Megawati-Hamzah Haz maju sebagai calon presiden (capres) bersama Jusuf Kalla sebagai pendampingnya.

Kala itu, secara mengejutkan pasangan SBY-JK mengalahkan Megawati-Hasyim Muzadi dengan perolehan suara 60,62 persen berbanding 39,38 persen.

Kerenggangan kian nampak, setelah Megawati-Prabowo kembali mengalami kekalahan melawan SBY-Boediono pada Pilpres 2009.

Selama SBY menjabat sebagai Presiden, Megawati pun tak pernah hadir memenuhi undangan perayaan Kemerdakaan Indonesia di Istana Kepresidenan. Ia hanya diwakili oleh putrinya Puan Maharani atau suaminya Taufiq Kiemas.

Komunikasi yang tak berjalan lancar itu terus berlangsung hingga awal Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla memenangkan Pilpres 2014. Saat itu, SBY sempat mencurahkan keluh kesahnya karena tak berhasil bertemu dengan Megawati untuk membahas soal kebersamaan di DPR.

Ia menceritakan, sempat bertemu dengan Jokowi dan Hatta Rajasa di Istana Negara pada 30 September 2014, tapi SBY menyiratkan kekecewaan karena upayanya untuk ‘mendekati’ Megawati gagal.

“Pertemuan dengan Pak Jokowi berlangsung baik. Ketika PDI-P inginkan kebersamaan di DPR saya sampaikan pertemuan SBY-Mega penting,” cuit SBY melalui akun Twitter-nya @SBYudhoyono saat itu.

“Saya mendengar nanti pada saatnya Bu Mega akan ‘menerima’ saya,” kata dia lagi.

Sementara itu, politisi senior PDI-P Pramono Anung mengklaim, pertemuan Megawati dan SBY justru gagal karena sikap SBY yang menolak menerima utusan Megawati yaitu Jokowi, Jusuf Kalla, Puan, dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh ketika itu.

Demokrat hampir masuk koalisi pemerintah

Partai Demokrat sempat hendak menjadi bagian dari partai politik (parpol) pengusung Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2019. Namun, wacana itu batal, hingga akhirnya partai berlambang mercy memilih untuk merapatkan barisan ke kubu Prabowo Subiantoi dan Sandiaga Uno.

SBY mengakui bahwa alasan partainya tak bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi karena hubungan dengan Megawati belum pulih.

“Masih ada jarak. Masih ada hambatan di situ. Saya harus jujur, belum pulih, masih ada jarak,” ucap SBY dalam konferensi pers 25 Juli 2018.

Padahal, SBY mengklaim bahwa Jokowi dengan tangan terbuka menerima Demokrat jika ingin bergabung sebagai pendukungnya.

“Saya selalu bertanya, apakah kalau Demokrat ada dalam koalisi, partai-partai koalisi itu bisa terima kami? Ya bisa, karena presidennya saya,” tutur SBY menirukan percakapannya dengan Jokowi.

Di sisi lain, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy mengungkapkan Demokrat tinggal selangkah lagi menjadi parpol koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

Bahkan, lobi-lobi politik dilakukan langsung oleh Jokowi pada para ketua umum parpol pendukungnya saat itu. Pada kontestasi elektoral 2019, Jokowi didukung oleh PDI-P, Partai Nasdem, PPP, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Hanura, PSI, Perindo, serta PKPI.

“Pak Jokowi sempat menyampaikan pada para ketua umum, termasuk saya, pada waktu itu Pak Jokowi menyampaikan,’Mas ini Pak SBY ada di sekitar sini, apakah bisa Pak SBY bergabung dalam koalisi ini untuk ikut mengusung saya?’ ucap Rommy dalam acara Gaspol! di YouTube Kompas.com, Kamis (11/5/2023).

Meski begitu, Rommy enggan membeberkan siapa ketua umum parpol yang resisten pada Demokrat untuk masuk dalam barisan koalisi pengusung Jokowi.

“(Saat itu) pendengaran saya agak terganggu, jadi saya cuma mendengar,’Oh kesimpulannya begini,’ ya sudah,” sebutnya.

Mimpi SBY naik kereta bersama Jokowi dan Megawati

Satu hari setelah pertemuan antara Puan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), SBY kembali memberikan keterangan melalui akun Twitter-nya pada Senin (19/6/2023).

Ia mengaku bermimpi menaiki kereta api ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur bersama Jokowi dan Megawati. Berbagai tafsir pun bermunculan, termasuk harapan agar SBY dan Megawati bisa bertemu setelah kedua anaknya menjalin komunikasi.

Puan menuturkan, kemungkinan itu selalu terbuka. PDI-P pun berharap dua negarawan itu bisa duduk bersama lagi.

“Kita ya tentu saja berharap, pada waktunya nanti, semuanya berkumpul, guyub ya,” ujar Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (20/6/2023).

Ditemui terpisah, Ketua DPP PDI-P Eriko Sutarduga meminta SBY untuk realistis karena saat ini PDI-P dan Demokrat berada dalam posisi politik yang berbeda.

Adapun, Demokrat merupakan bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres). Sedangkan PDI-P, mengusung Ganjar Pranowo untuk menghadapi Pilpres 2024.

“Kita kan saat sekarang hidup di dalam dunia yang nyata. Di dunia yang nyata ini saya harus jujur, sampai saat ini kan katakan Demokrat dalam koalisi yang berbeda,” imbuh dia.

https://nasional.kompas.com/read/2023/06/21/10072981/pada-saatnya-bu-mega-akan-terima-saya-momen-sby-menanti-rujuk-dengan

Terkini Lainnya

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Nasional
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Nasional
Kontroversi Usulan Bansos untuk 'Korban' Judi Online

Kontroversi Usulan Bansos untuk "Korban" Judi Online

Nasional
Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Nasional
MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke