Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Intimidasi, Komisioner KPU Idham Holik Mengaku Bercanda saat Sebut "Rumahsakitkan" Anggota KPUD

Kompas.com - 21/12/2022, 21:34 WIB
Syakirun Ni'am,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU RI, Idham Holik, buka suara soal tudingan dari Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih yang membuatnya diadukan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Rabu (21/12/2022).

Dalam aduannya, Koalisi melalui tim hukum mereka menyinggung pernyataan Idham di hadapan seluruh anggota KPU daerah dalam Konsolidasi Nasional awal Desember lalu.

Saat itu, Idham disebut menyatakan "kepada seluruh anggota agar tegak lurus, patuh terhadap perintah, jika tidak patuh akan di-rumahsakit-kan".

Koalisi menganggap ucapan itu berhubungan dengan temuan mereka sebelumnya, yakni intimidasi terhadap anggota KPU daerah untuk memanipulasi data verifikasi faktual parpol calon peserta Pemilu 2024.

Idham tak menyangkal ucapannya. Namun, menurut dia, itu adalah gurauan dan tak ada hubungannya sama sekali dengan tuduhan yang dilontarkan Koalisi.

“Itu tidak ada kaitannya apapun berkaitan dengan verifikasi parpol. Itu adalah forum konsolidasi nasional berkaitan dengan kinerja,” kata Idham saat ditemui di kantor KPU Pusat, Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Idham menuturkan, pesan agar ‘anggota tegak lurus’ itu disampaikan di depan Ketua, Sekretaris, pejabat struktural dan anggota KPU yang jumlahnya lebih dari 5.341 orang.

Adapun yang dimaksud ‘tegak lurus’ adalah penegasan bahwa KPU merupakan lembaga yang bersifat hierarkis. Hal ini juga berlaku dalam pola komunikasi KPU di tingkatan yang berbeda.

Menurut Idham, ucapan itu ia lontarkan untuk menanggapi sikap beberapa anggota KPU provinsi yang lebih memilih "curhat di medsos" alih-alih berkonsultasi dengan KPU RI.

“Kejadian ini bukan sekali dua kali, kalau ada apa-apa, itu harusnya ngomong ke KPU RI bukannya curhat di medsos berkaitan dengan misalkan surat edaran begini,” ujar Idham.

Idham mengaku mendapatkan perintah dari Ketua KPU RI, Hasyim Asyari untuk menegur anggota KPU Provinsi tersebut.

Sebab, orang itu berasal dari satu organisasi dengannya meskipun berada dalam divisi yang berbeda. Adapun anggota KPU Provinsi itu berada di divisi data dan informasi.

“Karena menurut Mas Ketua adalah berasal dari organisasi yang sama, coba Mas ditegur,” kata Idham.

Lebih lanjut, Idham nenekankan bahwa pada prinsipnya, dalam kontekskounikasi organisasi, berbagai persoalan, baik menyenangkan atau tidak, dibicarakan di dalam tubuh KPU. Karena itulah ia melontarkan kalimat “enak nggak enak dikeluarin di dalam dan kita semua yang rasakan”.

Ia membantah pernyataannya yang menyebut akan “merumahsakitkan “ anggota yang tidak tegak lurus sebagai intimidasi, melainkan satu bentuk candaan. Menurutnya, tidak mungkin ancaman disampaikan di depan ribuan orang.

“Itu konteksnya jokes. Bayangin, masa di depan ribuan orang saya intimidasi, kalau intimidasi interpersonal, ya kan. Dan pertanyaannya sebodoh itu kah? Ini videonya ada,” tutur Idham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com