JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan tidak ada komersialisasi atas obat-obatan yang dipilih untuk pengobatan penyakit gagal ginjal akut.
Adapun obat yang dipilih sebagai penawar (antidotum) adalah Fomepizole yang diyakini mampu mengikat racun dalam ginjal. Obat tersebut didatangkan dari sejumlah negara, yaitu Singapura, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat.
"Kami sampaikan tidak ada komersialisasi obat-obatan oleh Kemenkes, tetapi semata-mata hanya untuk menyelamatkan anak-anak," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril kepada wartawan, Kamis (3/11/2022).
Baca juga: Satu Pasien Sembuh, Kini Tidak Ada Kasus Gagal Ginjal Akut di Kota Bandung, Dinkes: Tetap Waspada
Syahril menyebut, pemerintah punya pertimbangan matang dalam memilih Fomepizole sebagai antidotum.
Obat ini memiliki efikasi yang paling tinggi dan sudah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Pertimbangan lainnya adalah adanya perbaikan kondisi dari pasien yang dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo setelah diberikan obat tersebut. Tercatat, tidak ada perburukan dan penambahan kasus gagal ginjal akut ini menurun setelah obat didatangkan.
"WHO sudah mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena (intoksikasi) etilen glikol dan dietilen glikol (EG/DEG) dan lainnya, dan Fomepizole menjadi opsi antidot. Jadi bukan berdasarkan asumsi-asumsi," tutur dia.
Baca juga: 2 Perusahaan Bantah Gunakan Bahan Pelarut Obat Sirup Penyebab Gagal Ginjal Akut
Syahril bilang, sebagian besar pasien anak di RSCM menunjukkan perkembangan kondisi kesehatan yang terus membaik. Dalam hal ini, kata dia, efikasi dalam memberikan kesembuhan sangat efektif.
Adapun saat ini, pemerintah sudah memiliki 246 vial Fomepizole. Sebanyak 87 persen di antaranya merupakan donasi dari negara lain, yaitu dari Perusahaan Takeda, Jepang.
"Setelah pemberiannya, pasien terus membaik dan ini membuktikan pengobatannnya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala. Kita bisa lihat kasus sejak 18 Oktober sudah turun," beber dia.
Sebagai informasi, per Selasa (2/11/2022), kasus gagal ginjal mencapai 325 kasus. Total angka kematian akibat gagal ginjal akut sebanyak 178 orang atau 54 persen (fatality rate).
Baca juga: Jangan Abai, Nyeri Saat Buang Air Kecil Bisa Jadi Tanda Penyakit Batu Ginjal
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengeklaim, angka kematian itu sudah menurun dibandingkan sebelumnya yang sempat mencapai 60 persen.
Menurut catatannya, Provinsi DKI Jakarta yang memiliki persebaran kasus paling tinggi. Akan tetapi, Budi Gunadi tak memerinci berapa angka kasus di DKI Jakarta yang terkini.
"Dan memang ada konsentrasi di beberapa provinisi tertentu, terutama di daerah Sumatera Utara, daerah Jawa bagian barat, bagian timur, dan juga daerah Sulawesi Selatan," kata Budi Gunadi dalam rapat, Rabu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.