Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persahabatan bak Adik-Kakak Jokowi dan Surya Paloh, Terancam Bubar karena Deklarasi Capres Anies Baswedan?

Kompas.com - 24/10/2022, 12:41 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hubungan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo disinyalir memanas karena deklarasi Nasdem untuk mencalonkan Anies Baswedan sebagai presiden 2024.

Pascadeklarasi itu, Nasdem tak sekali dua kali disentil oleh partai koalisi pemerintah. Banyak pihak bahkan beranggapan, sudah waktunya Nasdem pamit dari koalisi.

Sedianya, Paloh dan Jokowi menjalin kedekatan sejak lama. Keduanya selalu tampak akrab dan kerap saling memuji.

Baca juga: Keteguhan Surya Paloh Bela Anies dan Tetap Bersama-sama Jokowi meski Istana Persilakan Pamit

Lantas, mungkinkah rencana pencapresan Anies Baswedan jadi titik perpecahan antara Paloh dengan Jokowi?

Abang-adik

Kedekatan Paloh dengan Jokowi terjalin lebih dari delapan tahun terakhir. Paloh, dengan membawa bendera Nasdem, mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden pada dua kali pemilu, yakni tahun 2014 dan 2019.

Keduanya kerap saling melempar pujian. Jokowi juga rajin menghadiri agenda-agenda besar Nasdem.

Jokowi bahkan pernah menyebut bahwa hubungannya dengan Paloh tak hanya sebatas sahabat, tapi sudah seperti adik kakak. Mantan Wali Kota Solo itu mengaku sering curhat ke Paloh, pun sebaliknya.

"Ketua Umum Partai Nasdem, kakanda saya, abang saya, sahabat dekat saya, yang sering saya curhati dan juga beliau sering curhat ke saya," kata Jokowi saat hadir dalam acara peresmian Nasdem Tower di Jakarta, Selasa (22/2/2022).

"Dari dulu kami kan romantis. Saya dengan Bang Surya ini selalu romantis," tuturnya.

Baca juga: Surya Paloh: Dukung Ahok Dibilang Penista Agama, Dukung Anies Dibilang...

Dalam kesempatan yang sama, Paloh juga menyampaikan hal serupa. Dia menyebut, Nasdem akan terus menjadi sahabat Jokowi meski masa kepemimpinannya sebagai presiden berakhir pada 2024.

"Nasdem adalah sahabat bagi pribadinya seorang Jokowi. Arti seorang sahabat, berulang kali saya katakan, adalah bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada," kata Paloh.

Paloh tak segan melempar puja-puji ke Jokowi. Dia mengaku mendukung Jokowi tanpa syarat pada dua kali pilpres.

Menurut dia, Indonesia seharusnya bangga punya karakter pemimpin seperti Jokowi yang begitu piawai memimpin pemerintahan dengan tetap terbuka mau menerima kritik dan masukan.

Surya bahkan menyebut, Indonesia tetap berdiri tegak dan mendapat apresiasi bangsa lainnya karena kepemimpinan Jokowi.

"Jadi tidak salah, tepat sekali sejak awal kita menyatakan mendukung Presiden Jokowi tanpa syarat," ucap Paloh.

Paloh pun menegaskan bahwa Nasdem berkomitmen terus mengawal kepemimpinan Jokowi hingga akhir masa jabatannya pada 2024. Dia menyebut, persahabatannya dengan Jokowi tak akan pernah berakhir.

Baca juga: Jika Anies Gagal Nyapres karena Koalisi Gagal, Surya Paloh: Enggak Masalah

Disentil

Hubungan dua sahabat itu kini ditengarai sedang di ujung tanduk. Sejak mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres, tak sekali dua kali Nasdem dihujani kritik, utamanya oleh partai pengusung pemerintahan Jokowi.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto misalnya, mengibaratkan deklarasi Anies sebagai capres Nasdem seperti Peristiwa 10 November 1945.

Dalam peristiwa itu, terjadi aksi perobekan kain biru dari bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya, Jawa Timur, sehingga yang tersisa hanya bendera kebangsaan Indonesia, merah putih.

Baca juga: Surya Paloh: Tidak Ada Alasan Nasdem Mundur dari Kabinet kalau Bukan Dimundurkan

Sebagaimana peristiwa 10 November itu, kata Hasto, belakangan ada "biru" yang terlepas dari pemerintahan Presiden Jokowi karena sudah memiliki calon presiden sendiri.

"Para pejuang kita kan ada bendera Belanda, birunya dilepas. Dan ternyata birunya juga terlepas kan dari pemerintahan Pak Jokowi sekarang, karena punya calon presiden sendiri," kata Hasto di Kantor DPP PDI-P, Jakarta Pusat, Minggu (9/10/2022).

Hasto pun terang-terangan bahwa dukungan Nasdem terhadap pencapresan Anies kontradiktif terhadap pemerintahan Jokowi. Dia menyebut, berbagai kebijakan Anies berlawanan dengan pemerintah kini.

Misalnya, terkait ibu kota negara. Anies berupaya mempertahankan ibu kota tetap berada di DKI Jakarta, padahal pemerintahan Jokowi punya program besar memindahkannya ke Kalimantan Timur.

"Jangan sampai kemudian mencalonkan seseorang yang punya kebijakan yang berbeda. Ketika misalnya ada kebijakan yang berbeda dari calon yang diusung oleh partai politik pengusung Pak Jokowi maka ini akan kontradiktif," ujar Hasto di Gedung Fisipol UGM, Yogyakarta, Senin (10/10/2022).

Sinyal Jokowi

Presiden Jokowi sendiri sebenarnya belum pernah blak-blakan menyentil Nasdem. Hanya saja, ketika ditanya soal kemungkinan reshuffle atau perombakan Kabinet Indonesia Maju pascadeklarasi Nasdem, Jokowi tak menutup peluang.

"Rencana selalu ada. Pelaksanaan nanti diputuskan," kata Jokowi saat meninjau lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Tegalluar, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022).

Belakangan, publik menangkap sejumlah gelagat tak biasa dari Jokowi. Di acara puncak peringatan HUT ke-58 Partai Golkar yang digelar pada Jumat (21/10/2022) misalnya, tampak Jokowi tak membalas rangkulan Paloh.

Dalam sebuah video yang viral di media sosial, tampak Paloh merangkulkan tangan kirinya ke punggung Jokowi. Sementara, tangan kanannya menepuk-nepuk tangan kiri mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Namun, Jokowi terlihat tidak membalas rangkulan Paloh. Presiden hanya menepuk pundak kiri bos Media Group itu.

Dalam pidatonya di acara yang sama, Jokowi menyingging soal deklarasi capres yang sembrono. Kendati pernyataan itu ditujukan buat Golkar, asumsi publik tetap berkembang.

"Saya yakin Golkar akan dengan cermat, akan dengan teliti, akan dengan hati-hati, tidak sembrono dalam mendeklarasikan calon presiden 2024," kata Jokowi di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Menanggapi itu, Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Faldo Maldini mengatakan, apabila satu pihak sudah tidak lagi berkomitmen dengan visi Jokowi maka seharusnya tahu diri.

Menurutnya, koalisi pemerintah memang sudah seharusnya solid mendukung pemerintahan hingga akhir.

"Kalau tidak komit lagi dengan visi presiden, ya harusnya ukur diri saja. Datang tampak muka, pergi tampak punggung. Pamit baik-baik," kata Faldo, Sabtu (22/10/2022).

Keteguhan Paloh

Sementara, Paloh tampak teguh pada pendiriannya. Bahwa Nasdem akan tetap mendukung pemerintahan Jokowi hingga akhir masa jabatan dan tak akan undur diri dari koalisi.

"Enggak ada alasan bagi Nasdem untuk mundur (dari kabinet) kalau bukan dimundurkan. Apa alasannya bagi Nasdem?" kata Paloh di Nasdem Tower, Jakarta, Sabtu (22/10/2022).

"Pemerintahan ini dianggap baik oleh Nasdem. Pemerintahnya tampak dengan tingkat keberhasilan walaupun masih banyak kekurangan yang perlu juga akan diperbaiki," tuturnya.

Baca juga: Nasdem Sebut Ada Elite yang Coba Jauhkan Anies dari Jokowi, Gerindra Minta Tak Saling Curiga

Kendati sejumlah pihak mendorong agar presiden melakukan reshuffle untuk menendang Nasdem dari kabinet, Paloh yakin, Jokowi akan menentukan langkah menurut kehendak sendiri.

"Itu hak Pak Jokowi-lah. Kapan pernah kita berubah. Hak prerogratif beliau itu yang kita tahu. Jadi, sepanjang apa saja yang dianggap itu baik oleh Pak Jokowi untuk mengatur jalannya roda administrasi pemerintahannya pasti kita hargai itu," ujarnya.

Paloh pun mengeklaim, tak ada masalah perihal hubungannya dengan Jokowi. Sejak awal mendeklarasikan Anies sebagai capres, Ketua Umum Nasdem itu bilang, Jokowi menyambut baik langkah politiknya.

"Ketika ditanya apakah saya sudah membicarakan, apa tanggapan beliau soal pencalonan Bung Anies, beliau ucapkan, 'ya baik, bagus, saya menghargai itu'. Dan saya pikir ini lebih dari cukup," kata Paloh di Nasdem Tower, Jakarta, Senin (3/10/2022)

Titik puncak

Melihat ini, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai, diusungnya Anies sebagai capres Nasdem sangat mungkin menjadi titik puncak perpecahan hubungan Surya Paloh dengan Jokowi.

Meski Paloh mengeklaim pencapresan Anies sudah mendapat izin dari Jokowi, kata Ujang, bisa saja presiden sebenarnya tak senang dengan langkah itu.

"Saya melihat pencapresan Anies ini menjadi titik klimaksnya hubungan tidak baik antara Jokowi dengan Surya Paloh," kata Ujang kepada Kompas.com, Senin (24/10/2022).

Baca juga: Nasdem: Ada Oknum Elite Politik yang Coba Jauhkan Anies dengan Jokowi Pakai Politik Kompor

Menurut Ujang, keretakan hubungan Paloh dengan Jokowi sedianya sudah tampak sejak awal pembentukan Kabinet Indonesia Maju, Oktober 2019 lalu.

Saat itu, Jokowi tak lagi memberikan kursi Jaksa Agung untuk Nasdem seperti pada pemerintahan periode pertama.

Keretakan ini mungkin berlanjut akibat berbagai gesekan dan dinamika politik, puncaknya karena pencapresan Anies.

Bagaimanapun, kata Ujang, sosok Anies selama ini dikenal berseberangan dengan Jokowi. Sangat mungkin, Jokowi tak berkenan atas keputusan Nasdem, tetapi tak punya hak untuk melarang.

Sementara, Nasdem sendiri nekat mendeklarasikan Anies sejak jauh-jauh hari demi mempersiapkan kemenangan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu dan mengeruk efek ekor jas atau keuntungan dari pencapresan Anies.

"Keberanian Nasdem mengusung Anies yang menjadi antitesa Jokowi inilah yang membuat Jokowi kelihatannya tidak enak untuk marah, tapi dipendam, marah tapi diam. Di situlah terjadi hubungan yang tidak bagus itu," kata Ujang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com