Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak, IDAI: Jangan Panik dan Tetap Waspada

Kompas.com - 14/10/2022, 17:29 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau masyarakat tidak panik dengan kasus gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal, meski kasusnya meningkat.

Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) juga meminta masyarakat mencari sumber informasi melalui media sosial IDAI dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mengetahui informasi terkini soal penyakit tersebut.

"Imbauan kami pada masyarakat agar tetap tenang dan waspada, tidak panik," kata Piprim dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Piprim kemudian mengimbau, orangtua perlu memperhatikan tanda bahaya atau gejala yang muncul pada anak-anak.

Baca juga: Meningkat, Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak Jadi 152 Kasus

Gejala gangguan ginjal akut misterius atau acute kidney injury/AKI ini ditandai dengan berkurangnya jumlah urine atau air seni atau bahkan tidak ada urine sama sekali.

Sebelum urine hilang, gejala yang ditimbulkan dari gangguan ginjal akut misterius ini berupa batuk pilek, demam, diare, dan muntah.

Berdasarkan data IDAI dari 152 kasus, gejala klinis yang ditemukan (prodromal) meliputi 44,1 persen mengalami infeksi saluran cerna; 30,3 persen demam; 18,4 persen ISPA; dan lain-lain.

"Pahami betul tentang bagaimana cara mengenali apakah urine-nya cukup atau tidak. Kecukupan urine itu adalah 1 cc per kilogram berat badan per jam. Jadi, kalau berat 10 kilogram, jumlah urine normal itu 10 cc per jam. Jadi dalam 24 jam itu 240 cc," ujar Piprim.

Baca juga: IDAI: Penderita Gangguan Ginjal Akut Misterius Didominasi Balita

Berdasarkan sebaran dari 152 kasus per 14 Oktober 2022, DKI Jakarta memiliki kasus AKI terbanyak, diikuti oleh Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Bali, dan Yogyakarta.

Gangguan ginjal akut misterius di DKI Jakarta saat ini mencapai 49 kasus.

Kemudian, di Jawa Barat mencapai 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, Bali 15 kasus, dan Yogyakarta sebanyak 11 kasus.

Piprim mengungkapkan, kasusnya banyak ditemukan pada bayi di bawah usia lima tahun (balita). Meskipun, ada 75 kasus yang ditemukan pada bayi dengan usia 1-5 tahun dan 35 kasus pada bayi usia 0-1 tahun.

Lalu, 24 kasus pada anak-anak berusia 5-10 tahun dan 18 kasus pada anak-anak usia di atas 18 tahun. Data ini merupakan data terbaru hingga Jumat (14/10/2022).

"Kalau lihat usianya, paling banyak di usia 1-5 tahun. Ada juga di usia 0-1 tahun, 5-10 tahun juga ada, di atas 20 tahun juga ada. Tapi yang terbanyak adalah usia 1-5 tahun," katanya.

Baca juga: Apa Penyebab Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak?

Sejauh ini, untuk mendalami penyebabnya, IDAI melakukan koordinasi keilmuan dengan ahli-ahli terkait, yaitu Unit Kerja Koordinasi Nefrologi, Infeksi, Emergensi, dan Rawat Intensif Anak serta Satgas Covid-19.

Kemudian, memberikan rekomendasi internal kepada para anggota IDAI soal kewaspadaan gangguan ginjal akut pada anak.

Rekomendasi ini sifatnya dinamis mengikuti perubahan penyebab serta hasil evaluasi pengobatannya.

IDAI juga melakukan koordinasi dengan Kemenkes terkait pemutakhiran kasus gangguan ginjal akut yang progresif dalam hal dukungan investigasi, terapi, dan edukasi.

Baca juga: 5 Gejala Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak, Pantang Diabaikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPK Sita 13 Lahan Milik Terpidana Korupsi Pengadaan Helikopter AW-101

KPK Sita 13 Lahan Milik Terpidana Korupsi Pengadaan Helikopter AW-101

Nasional
Baleg Bantah Kebut Revisi UU Kementerian Negara hingga UU TNI untuk Kepentingan Pemerintahan Prabowo

Baleg Bantah Kebut Revisi UU Kementerian Negara hingga UU TNI untuk Kepentingan Pemerintahan Prabowo

Nasional
Gerindra Siapkan Keponakan Prabowo Maju Pilkada Jakarta

Gerindra Siapkan Keponakan Prabowo Maju Pilkada Jakarta

Nasional
Demokrat Beri 3 Catatan ke Pemerintah Terkait Program Tapera

Demokrat Beri 3 Catatan ke Pemerintah Terkait Program Tapera

Nasional
PKB Keluarkan Rekomendasi Nama Bakal Calon Gubernur pada Akhir Juli

PKB Keluarkan Rekomendasi Nama Bakal Calon Gubernur pada Akhir Juli

Nasional
PDI-P Hadapi Masa Sulit Dianggap Momen Puan dan Prananda Asah Diri buat Regenerasi

PDI-P Hadapi Masa Sulit Dianggap Momen Puan dan Prananda Asah Diri buat Regenerasi

Nasional
Risma Minta Lansia Penerima Bantuan Renovasi Rumah Tak Ditagih Biaya Listrik

Risma Minta Lansia Penerima Bantuan Renovasi Rumah Tak Ditagih Biaya Listrik

Nasional
Tak Bisa Selamanya Bergantung ke Megawati, PDI-P Mesti Mulai Proses Regenerasi

Tak Bisa Selamanya Bergantung ke Megawati, PDI-P Mesti Mulai Proses Regenerasi

Nasional
Fraksi PDI-P Bakal Komunikasi dengan Fraksi Lain untuk Tolak Revisi UU MK

Fraksi PDI-P Bakal Komunikasi dengan Fraksi Lain untuk Tolak Revisi UU MK

Nasional
Jaksa KPK Hadirkan Sahroni dan Indira Chunda Thita dalam Sidang SYL Pekan Depan

Jaksa KPK Hadirkan Sahroni dan Indira Chunda Thita dalam Sidang SYL Pekan Depan

Nasional
Ketua MPR Setuju Kementerian PUPR Dipisah di Kabinet Prabowo

Ketua MPR Setuju Kementerian PUPR Dipisah di Kabinet Prabowo

Nasional
Baznas Tegas Tolak Donasi Terkoneksi Israel, Dukung Boikot Global

Baznas Tegas Tolak Donasi Terkoneksi Israel, Dukung Boikot Global

Nasional
Kejagung Tegaskan Tak Ada Peningkatan Pengamanan Pasca Kasus Penguntitan Jampidsus

Kejagung Tegaskan Tak Ada Peningkatan Pengamanan Pasca Kasus Penguntitan Jampidsus

Nasional
Ahli Sebut Jaksa Agung Bukan 'Single Persecution' dalam Kasus Korupsi

Ahli Sebut Jaksa Agung Bukan "Single Persecution" dalam Kasus Korupsi

Nasional
Sang Cucu Pernah Beri Pedangdut Nayunda 500 Dollar AS, Sumber Uang dari SYL-Indira Chunda

Sang Cucu Pernah Beri Pedangdut Nayunda 500 Dollar AS, Sumber Uang dari SYL-Indira Chunda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com