JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono disebut akan hadir dalam Dialog Kebijakan Tahunan Club de Madrid (CDM) yang akan diselenggarakan di Berlin, Jerman, pada 31 Oktober-1 November 2022.
Hal tersebut disampaikan putra SBY sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) setelah forum Roundtable Discussion dengan Universiti Kebangsaan Malaysia di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (13/10/2022).
CDM merupakan forum bagi para eks presiden dan perdana menteri negara-negara demokratis.
"Di antaranya adalah Pak SBY. Kita bangga, mantan presiden kita juga menjadi salah satu bagian yang kini justru menjadi inisiator hadirnya pertemuan," ujar AHY.
Baca juga: SBY Berharap Biden Berunding dengan Putin dan Xi Jinping di KTT G20
Ia mengatakan, SBY akan memberikan pidato kunci dalam dalam Berlin Policy Dialogue tersebut.
Menurut AHY, SBY bakal banyak bicara seputar isu geopolitik, keamanan internasional, krisis ekonomi, dan perubahan iklim.
AHY mengatakan bahwa SBY, juga melalui lembaga Yudhoyono Institute, akan selalu aktif menyuarakan isu-isu tersebut meskipun tak seluruhnya tersampaikan kepada publik.
"Kita akan lebih membahas intens lagi dengan mantan pemimpin dunia yang ingin berusaha untuk menghadirkan gagasan dan solusi terbaik bagi dunia hari ini," ujar AHY.
"CDM sebuah forum yang sangat prestisius, tidak semua bisa masuk menjadi anggota klub tersebut," katanya lagi.
Baca juga: SBY Kenang Duduk Bareng Obama, Putin, dan Xi Jinping di G20, Bahas Cara Atasi Resesi Ekonomi 2008
Dikutip dari situs resmi CDM, Berlin Dialog Policy 2022 akan dihadiri sedikitnya 40 peserta, termasuk di dalamnya para mantan presiden dan perdana menteri, pakar kebijakan, representasi pemerintahan, organisasi multilateral, hingga akademisi dan pebisnis kawakan.
Pertemuan ini dilatarbelakangi oleh dampak sosial-ekonomi Covid-19, juga bahaya yang mengancam dari perang antara Ukraina-Rusia seperti ketahanan pangan, harga energi, ekonomi global, yang dikhawatirkan menimbulkan ketidakpastian sosial-politik hingga meruncingnya ketegangan geopolitik.
Isu-isu ini bakal berkaitan dengan meningkatnya utang hingga ancaman kelaparan, kemiskinan, dan kesenjangan yang semakin parah di negara-negara berpenghasilan rendah-menengah.
Segala keadaan ini dikhawatirkan bakal merusak nilai-nilai dan lembaga demokrasi di berbagai negara, menciptakan ruang bagi populisme dan otoritariansime yang bisa menggerus kehidupan berdemokrasi.
Baca juga: Sebut Wajar AHY Puji Pemerintahan SBY, PAN: Masa Jelek-jelekin Bapaknya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.