AHY pun menolak berbagai upaya yang dilakukan pihak tersebut guna mengisi jabatan Wakil Gubernur Papua.
Di tengah dinamika tersebut, muncul ragam pertanyaan apakah kedua partai yang kerap berseberangan ini bisa bersatu. Apalagi, PDI-P dan Partai Demokrat sama-sama belum bergabung dalam poros koalisi manapun jelang Pemilu 2024.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menjelaskan, dalam politik, semua akan berjalan dinamis.
Begitu juga kemungkinan Demokrat dan PDI-P bersatu, hal itu tetap bisa terjadi.
Apabila kedua partai kini bersitegang, hal itu lumrah lantaran keduanya berada di gerbong berbeda.
"Tetapi politik tetap saja dinamis, meskipun seolah bersitegang tetapi momentum tertentu keduanya akan bertemu juga," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/10/2022).
Ia menyoroti situasi internal PDI-P yang dinilai riuh akibat manuver Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres).
"Mungkin saja (koalisi PDI-P Demokrat). PDI-P, dalam situasi memerlukan koalisi. Meskipun ia mampu mengusung sendiri, keriuhan yang terjadi di PDI-P karena manuver Ganjar Pranowo yang disinyalir tidak patuh, ini bisa merugikan PDI-P," kata Dedi.
Dedi menjelaskan, jika Demokrat berhasil diundang berkoalisi, maka bisa membantu PDI-P untuk menghilangkan potensi lawan berat yang bisa dimunculkan partai berlambang bintang mercy itu.
Artinya, lanjut Dedi, ada dua hal yang diharapkan PDI-P pada Demokrat.
"Meredam Demokrat agar tidak usung calon sendiri, dan memperkuat mesin partai jikalau terjadi pengkhianat kader PDI-P yaitu Ganjar Pranowo," pungkasnya.
Meski demikian, Dedi lebih melihat konflik antara kedua partai ini lebih merupakan sebua propaganda yang tengah dilakukan Partai Demokrat.
Demokrat dinilai menyasar PDI-P karena faktor partai utama penguasa dan memiliki cukup banyak pihak penolak.
"Sehingga Demokrat berpeluang mendapat simpati oposan itu," nilai Dedi.
Sebaliknya, lanjut Dedi, PDI-P juga dalam rangka memperkuat konsolidasi dengan menempatkan Demokrat sebagai lawan.
Oleh karena itu, Dedi beranggapan bahwa konflik opini yang belakangan terjadi antara Demokrat dan PDI-P adalah murni propaganda.
"Menempatkan Demokrat sebagai lawan, PDI-P bisa saja solid mengingat Demokrat adalah partai penguasa sebelumnya. Jadi, ini murni propaganda," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.