Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonjakan Kasus Covid-19, Booster Kedua, dan Larangan Anak Batuk Pilek ke Sekolah

Kompas.com - 30/07/2022, 07:45 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 harian selalu di atas 5.000 dalam empat hari terakhir. 

Berdasarkan laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, pada Jumat (29/7/2022) tercatat 5.831 kasus baru Covid-19.

Sementara pada Kamis (28/7/2022), ada 6.353 kasus baru. Pada Rabu (27/7/2022), tercatat 6.438 kasus baru dan Selasa (26/7/2022), kasus baru sebanyak 6.483. 

Kasus ini meningkat lebih dari dua kali lipat dari bulan lalu. Pada 30 Juni 2022, kasus baru Covid-19 tercatat 2.248, sementara 29 Juni terdata 2.149 kasus baru.

 

Sebulan sebelumnya, atau pada 29 Mei kasus Covid-19 tercatat sebanyak 242, dan pada 30 Mei ada 218. 

Kini, total kasus konfirmasi Covid-19 di Tanah Air berjumlah 6.197.495 orang.

Baca juga: UPDATE 29 Juli: Kasus Covid-19 Tambah 5.831, Sembuh 4.485, Meninggal 13

Penambahan tertinggi pada Jumat tercatat di DKI Jakarta dengan 2.987 kasus, Jawa Barat 1.095 kasus, dan Banten 717 kasus.

Kemudian, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh bertambah 4.485 orang, sehingga jumlahnya menjadi 5.992.537 orang.

Pada saat yang sama terdapat penambahan 13 kasus kematian akibat Covid-19. Dengan demikian, pasien Covid-19 meninggal dunia jadi 156.970 orang.

Sementara itu, angka positivity rate kasus positif Covid-19 harian yaitu 11,27 persen secara total.

Namun, jika hanya berdasarkan dengan tes swab PCR dan TCM, positivity rate yaitu sebesar 25,60 persen.

Perkiraan puncak kenaikan kasus

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia kali ini bisa mencapai angka 18.000 sampai 20.000 per hari setelah ditemukannya sub varian baru di Indonesia.

Potensi kenaikan masih ada karena masyarakat telah bepergian ke luar negeri dan ada yang pulang dari ibadah haji.

Baca juga: Menkes Prediksi Puncak Omicron BA.4 dan BA.5 Terjadi Minggu Ketiga Juli

"Covid-19 ada peningkatan dan memang kemarin varian baru masuk, juga ada ibadah haji dan masyarakat dari luar negeri masuk," ujar Budi di Bangsal Kepatihan, Kota Yogyakarta, Kamis (21/7/2022).

Budi menjelaskan, di luar negeri juga terjadi peningkatan kasus Covid-19.

"Kita Omicron sebelumnya 60.000-an per hari, ancer-ancer kita naiknya 18.000 sampai 20.000-an lah," katanya.

Sementara itu, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan dengan catatan rekor baru.

"Jumlah kasus Covid-19 terus mencatat rekor baru dalam beberapa minggu terakhir setelah lama tidak mengalami kenaikan," ujar Wiku dalam konferensi pers virtual, Kamis.

Baca juga: Satgas: Jumlah Kasus Covid-19 Terus Mencatat Rekor Baru Dalam Beberapa Minggu Terakhir

Wiku memberikan contoh per tanggal 27 Juli 2022, jumlah kasus positif harian mencapai angka 6.000 kasus. Jumlah tersebut terakhir tercatat pada Maret 2022.

Kenaikan kasus juga terlihat konsisten secara bertahap sejak Juni 2022 lalu.

"Peningkatan terjadi perlahan tapi pasti dari mulai 1.000 kasus pada awal Juni kemudian 2.000 kasus pada awal Juli dan dalam waktu satu bulan angka tersebut naik 3 kali lipat menjadi 6.000 kasus," ujar Wiku.

Kenaikan kasus Covid-19 tersebut, kata Wiku, berdampak pada peningkatan kasus aktif yang juga mencatat rekor sama dengan April 2022.

"Per kemarin kasus aktif sudah mencapai angka 46.024 di mana sudah lama kita tidak memiliki kasus aktif sebanyak ini," ucap Wiku.

"Tercatatkan bahwa terakhir di bulan April kita memiliki kasus aktif sebanyak 46.000 dan sekarang kembali terulang," imbuh dia.

Kurangi aktivitas di keramaian

Ketua DPR Puan Maharani meminta agar kegiatan yang berpotensi menimbulkan keramaian dikurangiimbas peningkatan kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir.

Tak hanya itu, ia juga meminta pemerintah memperketat pengawasan di seluruh sektor aktivitas masyarakat, termasuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM).

"Sudah semakin banyak sekolah yang menghentikan sementara PTM akibat ditemukannya kasus Covid-19. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan evaluasi terhadap protokol kesehatan di lingkungan sekolah,” kata Puan dalam keterangannya, Jumat.

Terkait pelaksanaan PTM, Puan menilai saat ini sangat dibutuhkan mengingat sudah lebih dari dua tahun anak-anak menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Kendati demikian, temuan banyaknya kasus positif saat ini menunjukkan protokol kesehatan selama PTM mulai kendur.

“Pemerintah harus memastikan keamanan dan keselamatan anak selama berada di sekolah. Pengawasan terhadap penerapan protokol kesehatan harus semakin dimasifkan,” pungkasnya.

Batuk-pilek tak sekolah

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah, anak yang memiliki keluhan sakit seperti batuk pilek tidak diperkenankan untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

"Kalau ada anak yang memiliki keluhan batuk pilek itu enggak boleh sekolah, jadi harus istirahat, sudah ada, dan merujuk pada SKB empat menteri," ujar Nadia dalam konferensi pers pada Kamis.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Kemenkes: Anak Batuk Pilek Tak Boleh ke Sekolah

Nadia juga menekankan agar pihak sekolah memastikan bahwa semua guru dan tenaga pendidik yang berada di lingkungan sekolah bisa mendapatkan vaksinasi lengkap.

Selain vaksinasi dosis pertama dan kedua, guru dan tenaga pendidik juga diharapkan bisa memenuhi kewajiban vaksinasi dosis ketiga atau booster.

Selain itu, semua warga sekolah diminta untuk taat terhadap protokol kesehatan dan sekolah wajib memiliki fasilitas cuci tangan.

"Dalam proses belajar mengajar, kita ingat memakai masker tetap harus dilakukan, jadi kita berharap para guru tetap menggunakan masker," kata Nadia.

Dosis keempat

Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memutuskan melakukan vaksinasi dosis keempat untuk tenaga kesehatan.

Vaksinasi dosis keempat itu sudah dimulai pada Jumat kemarin dan menyasar tenaga kesehatan.

Keputusan vaksinasi dosis keempat tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/3615/2022 tentang vaksinasi Covid-19 dosis booster ke-2 bagi Sumber Daya Manusia Kesehatan yang dikeluarkan pada Kamis.

Ketua Umum Pengurus PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menyatanan mendukung pelaksanaan vaksinasi dosis keempat.

Baca juga: Epidemiolog Sambut Baik Vaksinasi Covid-19 Dosis Keempat untuk Nakes

Menurutnya tujuan utama vaksinasi untuk melindungi diri dan menekan tingkat rawat inap di rumah sakit.

Karena itu, dosis keempat diperlukan agar imunitas yang mulai menurun setelah enam bulan ke atas bisa kembali menguat.

Adib juga mendorong agar pemerintah bisa mempercepat laju vaksinasi dosis ketiga di tengah masyarakat yang kini masih berada di bawah 30 persen.

Selain itu, Adib berpesan kepada tenaga kesehatan agar tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat saat bertugas.

"Meski telah divaksinasi baik booster ataupun bukan, seluruh tenaga kesehatan harus tetap melaksanakan protokol kesehatan ketat menggunakan alat pelindung diri saat pelayanan kesehatan dan juga protokol kesehatan umum saat sedang tidak pelayanan," ujar Adib.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com