Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Anak dan Masa Depan Indonesia

Kompas.com - 24/07/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANAK adalah karunia terindah yang dititipkan Tuhan, juga masa depan kita, masa depan Indonesia dan masa depan peradaban dunia.

Namun kualitasnya sangat tergantung bagaimana para orangtua menyayangi dan mendidik putra dan putri tercintanya dengan sepenuh hati.

Relevan dengan pesan Kofi Annan, mantan Sekjen PBB pejuang kemanusiaan yang layak untuk kita renungkan, “Untuk melihat format masa depan, tidak perlu super komputer untuk memproyeksikan masa depan kita, karena apa yang terjadi pada millennium yang akan datang dapat dengan mudah direfleksikan dari seberapa jauh perhatian kita pada anak-anak kita saat ini."

Menjelang hari anak nasional, kita dikejutkan oleh berita tragis terhadap seorang anak berusia 15 tahun di wilayah Bekasi, Jawa Barat, ditemukan dengan kaki dirantai dan kelaparan.

Menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Bekasi, Frans Sondang, anak berinisial R yang disebut sebagai penyandang disabilitas itu diduga mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ayah kandung dan ibu tirinya.

Informasi terkait kasus dugaan kekerasan terhadap anak ini pertama kali terungkap ke publik setelah tetangga R mengunggahnya ke media sosial melalui akun Instagram @fannylauww.

Melalui video yang diunggah oleh akun @fannylauw, R tampak ditemukan R mengesot di jalan, dengan kondisi kedua kakinya dirantai, dan terdapat kain yang melilit mengelilingi kepalanya.

Perekam kemudian bertanya mengapa kaki R dirantai dan siapa yang melakukan hal itu kepadanya.

R menjawab bahwa itu dilakukan oleh “bunda“ menurut Fanny, R berhasil kabur dari rumahnya karena ibu tirinya lupa mengunci pagar.

Dalam video itu, R juga meminta diberi makan karena kelaparan. Warga yang iba kemudian melapor kepada RT, RW, hingga polisi.

Menurut Fanny, R juga dimandikan dan diberi makan hingga tiga piring oleh warga.

Frans menuturkan apa yang dilakukan oleh orangtua R adalah “bentuk kekerasan yang tidak dapat ditolerir”. Polres Bekasi juga sudah menetapkan orangtua R menjadi tersangka.

Potret suram juga dirilis Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menjelang peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 23 Juli 2022, untuk mengingatkan kita semua, bahwa anak Indonesia masih dalam kondisi yang menyedihkan.

Sebab, Komnas PA mencatat masih banyak anak yang jadi korban perbudakan seks, korban kekerasan, kejahatan seksual, hingga ditelantarkan dipekerjakan di jalan sekalipun masih menghadapi Covid-19.

Angka korban penelantaran di berbagai tempat juga cukup signifikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com