JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengajak Australia untuk bekerja sama dengan Indonesia mengembangkan industri pangan sorgum.
Hal ini disampaikan Moeldoko saat menerima kunjungan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams, di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (21/7/2022).
“Di tengah ancaman krisis pangan global, Indonesia sudah mulai mencoba mengembangkan beberapa alternatif pangan, salah satunya sorgum di Nusa Tenggara Timur (NTT)," ujar Moeldoko dilansir dari siaran pers KSP.
"Akan sangat bagus kalau Australia punya pengalaman tentang ini dan bisa mengembangkan tanaman sorgum bersama Indonesia,” lanjutnya.
Moeldoko menjelaskan, di sebagian wilayah utara Australia, misalnya di kota Darwin, memiliki kesamaan kondisi geografis dan iklim dengan wilayah NTT di Indonesia.
Sehingga memungkinkan tanaman bijian-bijian sorgum untuk dikembangkan bersama.
Mendengar ajakan itu, Dubes Penny berjanji akan menyampaikannya kepada komunitas ahli dan industri sorgum di Australia.
“Saya mengerti bahwa Indonesia sedang mencari sumber-sumber pangan alternatif atau melihat peluang untuk memperluas komoditasnya. Saya tentu akan menyampaiakan pada mereka (kepada komunitas ahli dan industri di Australia) terkait sorgum,” jawab Penny.
Dubes Penny juga menegaskan bahwa pemerintah Australia terus berupaya meningkatkan hubungan bilateral dengan Indonesia.
Salah satunya ditunjukkan melalui komitmen Perdana Menteri (PM) Anthony Albanese untuk hadir dalam KTT G20 di bulan November mendatang, terlepas krisis politik global karena konflik Rusia dan Ukraina.
“PM Albanese berkomitmen akan hadir ke KTT G20 karena beliau sudah menyampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo,” jelas Dubes Penny.
Dalam pertemuan pada Kamis pagi, Moeldoko juga menegaskan Indonesia terus berkomitmen untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Australia di berbagai sektor.
Khususnya melalui pendekatan sosial-budaya, ekonomi dan perdagangan serta ketahanan pangan.
“Indonesia sangat mengapresiasi kunjungan PM Albanese ke Indonesia beberapa waktu lalu. Kami tentu berharap hubungan kedua negara bisa terus meningkat,” kata Moeldoko.
Dia menjelaskan, dinamika politik di kedua negara sudah menjadi hal yang biasa, baik itu terkait pergantian kepemimpinan dan lain sebagainya.
"Tapi porosnya tidak boleh berubah, kedua negara tetap harus meningkatkan hubungan bilateral, terutama melalui penguatan hubungan _people-to-people_ baik melalui bisnis dan budaya," lanjut Moeldoko.
Sebelumnya pada 5-7 Juni lalu, PM Australia Anthony Albanese mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo untuk membahas hubungan bilateral kedua negara.
Baca juga: Operasi Diplomasi, KRI Bima Suci Berlayar 91 Hari ke Malaysia hingga Australia
Kunjungan tersebut menandai kunjungan bilateral pertama Albanese semenjak dilantik sebagai Perdana Menteri Australia pada 23 Mei lalu.
Moeldoko menilai hal tersebut menandakan pentingnya posisi Indonesia bagi Australia.
Australia merupakan mitra penting Indonesia di berbagai bidang, termasuk salah satunya dalam isu kesehatan dan ketahanan pangan.
Negara tersebut juga erkomitmen untuk bekerjasama dengan Indonesia untuk mengatasi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang melanda ternak sapi, kerbau dan kambing di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.