Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: PDI-P Dulu Diremehkan, Partai Sandal Jepitlah, tapi Saya Bangga

Kompas.com - 21/06/2022, 11:51 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kedua Tahun 2021 PDI-P di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022), menyinggung hasil-hasil survei yang belakangan menyebut partainya nomor wahid untuk tingkat elektabilitas.

Ia meminta semua kader partai tidak terpengaruh hasil survei hingga menjadikan mereka merasa berada di zona nyaman.

"Kalau kalian lalai dan sudah terpengaruh, saya bilangnya zona nyaman, itu kenapa saya selalu bertanya apa maksud kalian masuk dalam partai ini," kata Megawati, Selasa.

Sebab, menurut dia, keberadaan PDI-P saat ini bukan ditentukan oleh hasil survei, melainkan kontribusi semua kader.

Baca juga: BERITA FOTO: Jokowi, Puan, dan Sejumlah Politisi Hadiri Rakernas PDI-P

Dia kemudian mengatakan kepada semua kader yang hadir bahwa dirinya lebih senang ketika PDI-P dianggap partai kecil.

"Partai yang dulu benar-benar kecil, selalu diremehkan, partai sandal jepitlah, wong cilik-lah. Saya bilang, selalu saya bangga berada di dalam (partai itu). Mereka yang wong cilik dan sandal jepit itu," tutur Megawati.

Untuk itu, Megawati meminta semua kader PDI-P introspeksi diri terkait tujuan awal masuk partai.

Jika ada yang masuk PDI-P hanya karena ingin merasakan zona nyaman, Megawati meminta kader itu untuk mundur saja.

"Tidak ada gunanya, karena saya membentuk partai ini adalah kita bisa mengorganisir kekuatan rakyat menjadi solid. Bersama kita untuk maju ke depan bagi Indonesia raya. Jadi kalau ada yang tidak setuju, silakan mundur," tegasnya.

Sebagai informasi, PDI-P kerap berada di posisi teratas elektabilitas partai politik yang tercatat di sejumlah survei nasional.

Baca juga: Saat Bambang Pacul dan Ganjar Pekikan Salam Merdeka Bersama di Rakernas PDI-P

Misalnya, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memperlihatkan, jika pemilihan umum (pemilu) dilakukan sekarang, PDI-P mendapat dukungan paling besar.

"Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mendapatkan dukungan paling besar yaitu 23,7 persen, disusul Gerindra 9,2 persen, serta Golkar 8,3 persen," papar Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam rilis surveinya, Kamis (9/6/2022).

Kemudian, hasil survei Litbang Kompas Juni 2022 juga menunjukkan elektabilitas PDI-P masih tertinggi.

Berdasarkan survei yang melibatkan 1.200 responden tersebut, elektabilitas PDI-P masih berada di posisi teratas dengan elektabilitas 22,8 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com