JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia diminta berhati-hati dalam menggunakan internet, terutama penggunaan media sosial menjelang Pemilu 2024.
M&E Expert for EU Governance di Filipina Ian Niccolo Tobia mengatakan, Indonesia perlu belajar dari pengalaman Pemilu Filipina 2022 yang dimenangkan oleh Ferdinand Marcos Jr.
Nick Tobia yang juga merupakan pengamat demokrasi ASEAN tersebut mengatakan, kemenangan Marcos Jr didapatkan tanpa menyuarakan isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Baca juga: Jelang Pemilu 2024, FX Rudy Ungkap PDI-P Solo Sudah Panaskan Mesin Partai
Marcos Jr mendapatkan sebagian besar suara elektoral karena popularitasnya di media sosial seperti TikTok.
"Indonesia harus sangat berhati-hati dengan internet, dengan media sosial, YouTube, TikTok, belajar dari Macros Jr, bagaimana ia memenangkan suara tanpa berkampanye dengan mempromosikan atau merespons beragam isu yang sedang berkembang," ujar Nick dalam diskusi yang diadakan Departemen Pilitik dan Pemerintahan Fisipol UGM secara daring, Jumat (20/5/2022).
Macros Jr adalah putra mantan diktator Filipina, Ferdinand Marcos yang 36 tahun lalu dilengserkan dari tampuk kekuasaan dengan tuduhan memerintah secara serakah dan brutal.
Keluarga Marcos pun tak pernah meminta maaf atas kekejian di masa lampau serta menyerahkan harta yang disebut-sebut dicuri dari kas negara.
Nick mengatakan, pendukung Marcos Jr telah melakukan kampanye disinformasi melalui beragam platfrom online dalam 10 tahun terakhir.
Baca juga: SAFEnet: Dendam, Penipuan, dan Politik Jadi Motif di Balik Serangan Siber
Di sisi lain, Marcos Jr menggunakan media sosial untuk menunjukkan sosok pribadinya alih-alih berkampanye atau membahas isu-isu publik.
"Bila Anda membuka TikTok dan mencari Marcos Jr, maka yang Anda temukan adalah BBM (Bongbong Marcos) menari, menunjukkan pakaian mahal, berbelanja, atau anaknya, Alexander Marcos yang berwajah seperti aktor, dan ternyata hal-hal seperti itulah yang memotivasi para pemilih," ujar Nick.
Ia mengatakan, Indonesia perlu untuk lebih hati-hati jelang Pemilu 2024 mendatang, belajar dari Filipina dan popularitas yang didapatkan Marcos Jr dari media sosial.
Sebab, alih-alih memiliki perhatian terhadap isu publik yang berpengaruh terhadap hidup mereka, pemilih Filipina cenderung menentukan suara berdasarkan popularitas Macros yang dibangun lewat beragam bentuk media sosial.
"Anda akan melihat bagaimana disinformasi yang dibangun dalam satu dekade terakhir membuat para pemilih justru menghindari diskusi terkait isu publik karena mereka telah termakan cerita-cerita sejarah yang diputar balikkan dan terus menerus diulang," ucap Nick.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.