Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendala di Balik Jalur Pansela yang Indah tapi Sepi Pemudik Lebaran

Kompas.com - 06/05/2022, 13:06 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalur pantai selatan (pansela) Jawa ternyata belum terlalu diminati oleh para pengguna jalan pada arus Mudik Lebaran 2022.

Padahal, menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, jalur alternatif itu punya kelebihan yakni keindahan pemandangan.

"Saya sempat meninjau dari udara, jalur pantai selatan masih sepi. Kami minta semua ikut mengampanyekan jalur lintas selatan yang sangat indah," ucap Muhadjir dalam lawatannya ke Garut, Jawa Barat, pada Jumat (29/4/2022) lalu.

Sebelum arus mudik lebaran tahun ini dimulai, pemerintah juga kerap mempromosikan Pansela sebagai jalur alternatif mudik. Namun, pada kenyataannya keberadaan jalur itu belum dapat memecah penumpukan pemudik dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Baca juga: Menteri PUPR Sarankan Pemudik Melintasi Jalur Pansela: Instagramable dan Gratis

Sebab untuk saat ini para pemudik masih lebih mengandalkan jalur pantai utara (Pantura) untuk perjalanan mereka kembali ke kampung halaman.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno memaparkan sejumlah alasan mengapa jalur Pansela belum diminati oleh pemudik. Salah satunya, kata dia, adalah permasalahan akses penghubung.

"Jalur penghubung antara utara dengan selatannya belum bagus," kata Djoko ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (5/5/2022).

"Misalnya, lewat Garut. Garut hari biasa saja macet. Kemudian Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi), dari lima ruas, baru dua ruas yang sudah jadi," ujar Djoko.

Selain itu, Djoko menilai persoalan lain dalam membangun jalur penghubung antara jalur Pantura dan Pansela untuk memecah arus mudik adalah kondisi geografis.

Baca juga: Jembatan Kretek 2 Telah Dibuka, Lancarkan Pemudik via Pansela Jawa

Djoko mengatakan, persoalan lain dalam pembangunan jalur pansela adalah bentang alam atau kontur yang berbukit-bukit serta berkelok-kelok. Kondisi itu membuat pembangunan jalur pansela membutuhkan upaya lebih jika akan untuk dijadikan jalan empat lajur.

Selain itu, lanjut Djoko, persoalan lainnya adalah kendala pembebasan lahan yang menyita waktu.

Hal itu terbukti dengan pembangunan ruas tol Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya) yang sempat ditunda lantaran terkendala soal pembebasan lahan.

Di samping Cigatas, ada proyek tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang juga dinilai krusial dalam mendistribusikan pemudik dari utara ke selatan. Namun, sampai saat ini pembangunan jalur itu belum rampung.

Baca juga: 340,72 Kilometer Rampung, Jalur Pansela Siap Jadi Akses Wisata Lebaran

Djoko memperkirakan, setidaknya butuh dua hingga tiga tahun lagi hingga seluruh jalan penghubung antara kawasan pantai utara dan selatan Jawa bisa beroperasi optimal.

"Kalau menggunakan arteri, ya pasti macet. Kalau itu (tol) sudah rampung, masalah selesai," ucap Djoko.

(Penulis : Vitorio Mantalean | Editor : Fabian Januarius Kuwado)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin Jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin Jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com