Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Soroti Jumlah Peneliti Indonesia yang Jauh di Bawah Negara Lain

Kompas.com - 07/02/2022, 12:29 WIB
Ardito Ramadhan,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti sedikitnya jumlah peneliti di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.

Menurut Ma'ruf, jumlah peneliti yang sedikit jadi pekerjaan rumah bagi Indonesia untuk melakukan transformasi ekonomi.

"Pada titik inilah pekerjaan rumah transformasi ekonomi tengah menanti di Indonesia. Data menunjukkan, jumlah peneliti di Indonesia masih sangat rendah dibanding negara lain," kata Ma'ruf dalam acara Seminar Nasional Indonesia Economic Outlook 2022, Senin (7/2/2022).

Ma'ruf menyebutkan, berdasarkan data UNESCO Institue for Statistics tahun 2016-2018, jumlah peneliti setara penuh waktu per satu juta penduduk di Indonesia hanya sebanyak 216 pada tahun 2018.

Baca juga: Jokowi-Maruf Amin Akan Hadiri Pengukuhan Pengurus PBNU di Kaltim

Jumlah tersebut jauh tertinggal dengan Cina (1.307), Rusia (2.784), Jepang (5.331), dan Korea Selatan (7.980).

Ia melanjutkan, ketersediaan ilmuan dan insinyur yang diketahui dari persentase lulusan pendidikan tinggi di bidang saing, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) di Indonesia juga masih rendah.

Berdasarkan data

Education Statistics World Bank 2016-2018, persentase lulusan bidang STEM di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 18,62 persen; 2017 sebanyak 18,55 persen; dan 2018 meningkat menjadi 19,42 persen.

"Situasi ini tergolong rendah dibandingkan negara anggota G20, seperti India dan Rusia pada tahun 2018 berurutan sebanyak 32,65 persen dan 31,06 persen," kata Ma'ruf.

Menurut Ma'ruf, kondisi itulah yang menyebabkan jumlah paten di Indonesia belum banyak yakni 1.309 paten pada tahun 2020, jauh tertinggal dengan negara-negara lain seperti Brasil (5.280), India (23.141), Amerika Serikat (269.586), dan Cina (1.344.817).

"Implikasi dari faktor-faktor tersebut menyebabkan inovasi belum menjadi praktik keseharian dalam banyak lapangan kehidupan, khususnya di bidang ekonomi," kata Ma'ruf.

Baca juga: Wapres Minta Jumlah Mal Pelayanan Publik di Sulawesi Selatan Diperbanyak

Berdasarkan laporan Global Innovation Index (GII) 2021 yang dirilis oleh The World Intellectual Property Organization (WIPO), Indonesia menempati peringkat empat terbawah negara inovatif di Asia Tenggara.

"Padahal slogan populer hari ini adalah inovasi atau mati," ujar Ma'ruf.

Dengan kondisi di atas, kata Ma'ruf, salah satu yang wajib didorong ke depan adalah peningkatan pengeluaran domestik bruto untuk penelitian dan pengembangan atau research and development.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com