Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Neni Nur Hayati
Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia. Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Makna dan Pesan dari Maraknya Baliho Puan Maharani...

Kompas.com - 30/07/2021, 18:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Bayu Galih

SITUASI pandemi Covid-19 yang belum mereda ternyata tak menyurutkan para elite partai untuk melakukan manuver politik dalam rangka mencari dukungan kepentingan pemilihan serentak nasional 2024.

Meski proses penyelenggaraan tahapannya belum dimulai, namun munculnya banyak nama seperti Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Tri Rismaharini (Risma), Prabowo Subianto serta Agus Harimurti Yudhoyono menandakan bahwa nuansa kontestasi begitu kental.

Apalagi, setelah pemerintah menyatakan sikap politiknya untuk tidak melakukan revisi Undang-Undang Pemilu dan Undang-Undang Pilkada, persiapan politik bisa dilakukan jauh sebelum memasuki tahapan pencalonan.

Masing-masing kandidat menggunakan strategi komunikasi politik yang berbeda, ada yang melalui media sosial, silaturami politik serta pemasangan iklan politik berupa baliho. Semuanya itu membuat ruang publik semakin pengap.

Baca juga: Wacana Presiden Tiga Periode Ditolak Publik dan Partai Politik

Meskipun sebenarnya sah-sah saja melakukan strategi sejak dini, namun yang harus dipahami adalah menjaga agar situasi demokrasi dapat terjaga.

Terlebih dalam situasi darurat seperti ini, ada hal yang jauh lebih substansi untuk diprioritaskan dari kepentingan politik yakni fokus hadapi pandemi.

Oleh karenanya, langkah politik yang diambil haruslah berdasarkan nilai dan etika, bukan menghalalkan segala cara dengan mengabaikan aspek moralitas, norma, hukum serta rasionalitas publik.

Sungguh tak elok di saat kondisi pandemi memburuk, elite politik malah membuat kegaduhan. Padahal, siapa pun belum bisa mengunci kemenangan.

Belum ada satu pun capres yang memperoleh suara signifikan. Kondisi politik yang terjadi masih sangat dinamis.

Politik yang dinamis ini, satu sisi mengharuskan meraih simpati publik, namun sisi lain menjadi keliru tatkala yang dikejar elektabilitas dan popularitas.

Baca juga: Pengamat Ungkap 4 Kepala Daerah Ini Potensial Diusung Saat Pilpres 2024, Siapa Saja?

Iklan politik, baliho Puan Maharani

Munculnya baliho Puan Maharani yang masif di seluruh wilayah Indonesia telah mengundang perhatian dan menjejali ruang-ruang publik masyarakat.

Peletakannya pun bervariasi, mulai dari yang dipajang secara legal di tempat yang sudah disediakan, titik strategis hingga dipasang pada tiang-tiang listrik dan pepohonan.

Tanggapan dari masyarakat terhadap baliho Puan yang terpampang kian beragam. Ada yang berasumsi pencitraan, menaikkan popularitas, kampanye terlalu dini hingga ada yang beranggapan sampah visual sampai di coret-coret warga dengan ditambahkan kata-kata yang tidak etis.

Baca juga: Vandalisme Baliho Puan Maharani di Blitar dan Surabaya, Diduga Bermuatan Politis hingga Dilaporkan ke Polisi

Baliho Puan Maharani merupakan salah satu produk media komunikasi yang digunakaan dalam iklan politik.

Melalui iklan politik para calon bisa mengkomunikasikan pesan-pesannya, idenya, programnya kepada para calon pemilih (Cangara, 2011). Hal ini juga dilakukan untuk membangun citra positif dan mendongkrak elektabilitas.

Berdasarkan hasil survei, elektabilitas Puan memang cenderung rendah dibandingkan dengan nama lain yang masuk bursa capres.

Bahkan, dalam survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 21-28 Mei 2021 lalu, nama Puan sama sekali tidak masuk dalam kandidat calon presiden.

Baca juga: Survei SMRC: Prabowo Subianto Terpilih Jadi Presiden jika Pemilihan Digelar Hari Ini

Citra ramah dan santun ditampilkan dengan mengenakan balutan baju berwarna merah dalam kondisi tersenyum. Foto yang mengesankan keramahan melalui mimik wajah.

Hal ini bukan secara kebetulan, tapi disengaja untuk menampilkan kesan bahwa Ketua DPR RI adalah sosok yang santun, ramah dan dekat pada masyarakat. Melalui foto, ditampilkan sebaik mungkin untuk menarik perhatian publik.

Selain menggunakan media gambar, iklan politik juga menggunakan kata yang dikemas semenarik mungkin untuk menggambarkan sosok Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDI-P.

Dalam Baliho Puan Maharani terdapat pesan "Kepak Sayap Kebhinekaan" serta "Jaga Iman, Jaga Imun. Aman dan Amin".

Baca juga: Di Balik Aksi Vandalisme Open BO di Baliho Puan Maharani di Jatim

Pesan yang disampaikan tersebut seolah menggambarkan kondisi pandemi Covid-19 dan segala keruwetan penanganannya sehingga butuh adanya kerjasama dan gotong royong. Pesan tersbut bermaksud untuk mempersuasi publik.

Baliho Puan Maharani merupakan bentuk iklan argumen, yakni memperlihatkan kemampuan sebagai wakil rakyat dalam mengatasi problematika Covid-19, serta masuk kategori iklan karena memberi pemahaman mengenai siapa sang kandidat presiden 2024 kepada para calon pemilih (Baukus, 1993).

Makna bagi masyarakat

Masyarakat tentu memiliki pemaknaan terhadap iklan politik atau baliho Puan Maharani berdasarkan pengalaman masa lampau. Pengalaman masa lampau kemudian yang mengkonstruksi pemaknaan masyarakat terhadap iklan.

Sejatinya, agar pesan verbal maupun visual mampu menarik perhatian calon konsumen dan pembeli (dalam iklan politik konsumen atau pembeli adalah masyarakat), maka iklan harus menawarkan eksklusivisme, keistimewaan dan kekhususan yang kemudian dapat memberikan akibat berupa totemisme, pertunjukan pada suatu benda atau merek untuk menemukan jati diri produk barang atau jasa yang akan diperdagangkan. Dengan demikian, iklan harus melekat dalam ingatan publik (Tinarbuko, 2009).

Menurut sebagian masyarakat, baliho Puan Maharani tidak lebih hanya sebatas iklan. Publik memaknai iklan tersebut hanyalah sebatas janji belaka.

Baca juga: Luhut: Elite Politik Jangan Pelintir Berita soal Penanganan Covid-19

Hal ini mereka maknai karena kecenderungan umum para elite politik hanya datang dan memberikan janji dalam menjelang momentum pemilihan serta kepentingan politik.

Realitas itu terus berulang dan mereka alami. Nyaris, bagi masyarakat khususnya kelompok perempuan belum merasakan signifikan dalam memperjuangkan dan mengarusutamakan kepentingan perempuan.

Meskipun iklan politik didesain dengan begitu istimewa, baik dan indah, tetapi keberadaannya tidak tertata dengan baik, sehingga merusak tatanan ruang sosial dan tertib ruang publik.

Iklan membayangkan dunia kemewahan yang serba berkilau dan bercahaya neon serta dunia janji akan kemewahan yang berlimpah, masyarakat pemilih memaknainya sebagai dunia janji akan kemewahan (Arisyeni, 2013).

Jauh di mata, dekat di baliho merupakan cara komunikasi yang kurang efektif. Tidak membuka dan memberikan ruang dialog kepada masyarakat melalui komunikasi. Padahal jalan dialog ini sangat baik apalagi mendengarkan keluh kesah rakyat.

Bukan melalui benda mati yang memperlihatkan narsisme. Bagi pemimpin, dalam level mana pun, mendengarkan adalah keterampilan yang lebih penting dari berbicara dan memasang iklan politik.

Rakyat butuh bukti, tidak hanya sekadar janji manis. Saat ini, mendengarkan masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Inovasi dan kreatifitas sangat diperlukan. Komunikasi politik menjadi kunci memenangkan pemilihan.

Cara komunikasi politik serta menjadi kominikator yang baik yang akan punya peluang besar dalam pemilihan dan meraih simpati publik, bukan dengan cara klasik yang tidak memiliki nilai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 17 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Putusan MK Diketok 2011, Kenapa DPR Baru Revisi UU Kementerian Negara Sekarang?

Nasional
Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Indikator Politik: 90,4 Persen Pemudik Puas dengan Penyelenggaraan Mudik Lebaran Tahun Ini

Nasional
Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Di Sidang Tol MBZ, Pejabat Waskita Mengaku Bikin Proyek Fiktif untuk Penuhi Permintaan BPK Rp 10 Miliar

Nasional
Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Tiba-tiba Hampiri Jokowi, ASN di Konawe Adukan Soal Gaji yang Ditahan Selama 6 Tahun

Nasional
TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

Nasional
ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

ASN yang Tiba-Tiba Hampiri Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

Nasional
Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Nasional
Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Nasional
Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Nasional
Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Nasional
Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Nasional
Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Nasional
Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Nasional
Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com