JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, peningkatan kasus kematian pasien Covid-19 saat menjalani isolasi mandiri disebabkan karena banyak pasien yang tidak mendapatkan pemantauan yang baik.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mendorong layanan konsultasi virtual atau telemedicine dan peran Satgas di tingkat kelurahan lebih aktif memantau pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri.
"Ada telemedicine dan mendorong keterlibatan satgas di tingkat RT/RW lebih aktif untuk memantau warga yang isoman, selain itu testing dan tracing harus ditingkatkan supaya kasus lebih dini ditemukan," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/7/2021).
Baca juga: Nakes di Kota Bogor Bertumbangan, 400 Orang Jalani Isolasi Saat Ini
Nadia juga mengatakan, penyebaran varian Delta menjadi salah satu penyebab perburukan pasien Covid-19.
Oleh karenanya, kata dia, pasien Covid-19 yang mengalami gejala sesak dan saturasi oksigen di bawah 94 persen harus dibawa ke rumah sakit, meskipun harus mengantre.
"Antre di faskes lebih baik daripada di rumah, kalau sudah di fasyankes itu kalau ada kedaruratan kan bisa ditangani petugas yang profesional," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, LaporCovid-19 melaporkan bahwa hingga Kamis (22/7/2021) ada 2.313 orang yang meninggal di luar rumah sakit saat menjalani isolasi mandiri.
Data analyst LaporCovid-19 Said Fariz Hibban mengatakan, angka tersebut merupakan hasil pendataan di semua provinsi di Indonesia.
Adapun angka kematian isolasi mandiri paling banyak terjadi di DKI Jakarta.
Baca juga: 417 Pasien Covid-19 di Yogyakarta Meninggal Saat Isoman, Diduga Puskesmas Belum Beroperasi 24 Jam
"Yang baru saya dapatkan hari ini dari rekan Dinkes DKI yang angka ini rentang awal Juni sampai 21 Juli sebesar 1.161 kasus, jadi ada 1.214 kasus setelah digabungkan dengan data temuan kita," kata Said dalam keterangan pers secara virtual, Kamis (22/7/2021).
Said mengatakan, ada enam provinsi dengan kasus kematian saat menjalani isolasi mandiri di atas 50 kasus.
Enam provinsi itu adalah DKI Jakarta (1.214 kasus), Jawa Barat (245 kasus), Jawa Tengah (141 kasus), DI Yogyakarta (134 kasus), Jawa Timur (72 kasus), dan Banten (58 kasus).
"Kemudian ada provinsi lain baru satu kasus, dua kasus kematian, tapi ini perlu di-support lebih lanjut," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.