Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soroti Kehadiran Min Aung Hlaing, Kontras: Indonesia Apologetik kepada Pelanggar HAM

Kompas.com - 24/04/2021, 20:15 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) Fatia Maulidiyanti mengatakan, kehadiran pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing ke Jakarta menunjukkan sikap Indonesia yang sesungguhnya, yaitu menerima pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

"Kedatangan Min Aung Hlaing ini sebenarnya memperlihatkan bahwa memang Indonesia ini sangat apologetic terhadap para aktor pelanggar HAM tidak hanya di dalam maupun di luar negeri," kata Fatia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/4/2021).

Ia mengatakan, Indonesia juga pernah melakukan tindakan serupa, yaitu saat menerima Presiden Sudan Omar Al-Bashir pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) 2016.

Baca juga: Jokowi: Kekerasan di Myanmar Harus Dihentikan, Perdamaian Dikembalikan

Padahal, menurut dia, sosok Omar Al-Bashir merupakan seorang diktator dan buronan Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court (ICC).

"Indonesia pernah melakukan tindakan yang sama ketika di Konferensi OKI tahun 2016 di mana Indonesia juga mengundang Omar Al-Bashir," ucapnya.

Atas penerimaan kedua tokoh yang dinilainya pelanggar HAM tersebut, Fatia mempertanyakan wajah Indonesia yang sebenarnya melalui Presiden Joko Widodo terhadap pemenuhan perlindungan HAM.

Kedatangan pemimpin junta militer Myanmar kali ini disayangkannya lantaran seolah tak mengindahkan situasi kekerasan yang terjadi di Myanmar.

"Jadi di sini sebenarnya yang dipertanyakan satu, bagaimana sebenarnya wajah Indonesia melalui Presiden Joko Widodo maupun para jajarannya itu, tidak mengindahkan bagaimana dengan situasi kekerasan yang terjadi di Myanmar. Pun tujuan daripada mengundang pemimpin junta militer ini adalah membuka dialog," jelasnya.

Ia mengkritisi apa tujuan sebenarnya diundangnya pemimpin junta militer Myanmar tersebut.

Fatia menekankan, seharusnya Indonesia mengundang National Unity Government (NUG) dalam gelaran ASEAN Leaders Meeting (ALM), Sabtu siang.

Baca juga: Jokowi: ASEAN Capai Konsensus Konflik Myanmar

"Seharusnya pemerintah justru mengundang NUG yang merupakan pilihan dari masyarakat Myanmar," terangnya.

Di sisi lain, Fatia mengatakan, peran ASEAN sangat penting dalam acara tersebut untuk mengatasi permasalahan di Myanmar.

ASEAN seharusnya dapat segera mengambil tindakan terhadap kekerasan yang dilakukan pemerintah Myanmar.

Atas diundangnya Min Aung Hlaing dalam acara ALM, menurut Fatia, membuktikan bahwa ASEAN bukan merupakan ruang aman bagi perlindungan HAM.

"Dilihat adanya kerja sama di mana tidak mau mengindahkan adanya atau pentingnya untuk segera menindak pemerintah Myanmar hari ini, berarti ASEAN adalah bukan ruang yang aman bagi pemenuhan perlindungan HAM," pungkasnya.

Baca juga: Pemimpin Junta di KTT ASEAN, Rakyat Myanmar Gelar Ritual Pemakaman” di Yangon

Respons Jokowi

Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan, kekerasan yang terjadi di Myanmar harus dihentikan.

Hal itu menjadi salah satu poin penekanan yang dia sampaikan saat bertemu delapan pemimpin negara ASEAN dalam ASEAN Leaders Meeting yang digelar di Jakarta, Sabtu.

"Di dalam pertemuan tadi saya menyampaikan beberapa hal. Pertama, perkembangan situasi di Myanmar adalah sesuatu yang tidak dapat diterima dan tidak boleh terus berlangsung," ujar Jokowi dan keterangan pers virtual di YouTube Sekretariat Presiden.

"Kekerasan harus dihentikan. Demokrasi dan stabilitas serta perdamaian di Myanmar harus segera dikembalikan. Kepentingan rakyat Myanmar harus selalu menjadi prioritas," tegasnya.

Kedua, Jokowi menekankan pentingnya pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing untuk memberikan dua komitmen.

Keduanya adalah penghentian penggunaan kekerasan dari militer Myanmar. Sementara di saat yang sama semua pihak harus menahan diri sehingga ketegangan dapat diredakan dan agar proses dialog yang inklusif harus dimulai.

"Tahanan politik harus segera dilepaskan dan perlu dibentuk special envoy (utusan khusus) ASEAN, yaitu Sekjen dan Ketua ASEAN untuk mendorong dialog dengan semua pihak di Myanmar," ungkap Jokowi.

Ketiga, dia meminta pembukaan akses bantuan kemanusiaan dari ASEAN yang dikoordinir Sekjen ASEAN bersama AHA Center.

Jokowi juga menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengawal terus tiga permintaan komitmen di atas agar krisis di Myanmar dapat diatasi.

"Kita bersyukur bahwa apa yang disampaikan Indonesia ternyata sejalan dengan apa yang disampaikan para pemimpin ASEAN sehingga dapat dikatakan para pemimpin ASEAN telah mencapai konsensus (kesepakatan)," jelas Jokowi.

"Sekjen ASEAN telah menyampaikan lima butir konsensus yang nanti akan disampaikan oleh Ketua atau Sekjen ASEAN. Isinya kurang lebih sama dengan apa yang tadi saya sampaikan dalam pernyataan nasional yang telah saya sampaikan tadi," tambah kepala negara.

ASEAN Leaders Meeting yang digelar hari ini dihadiri sembilan orang pemimpin negara-negara di Asia Tenggara.

Mereka adalah Presiden Joko Widodo, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chính, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dan pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.

Kemudian, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Hassin Menteri Luar Negeri Laos Saleumxay Kommasith, Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com