Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menristek: Belum Ada Bukti Varian Baru Virus Corona Lebih Parah Dibandingkan yang Ada Saat Ini

Kompas.com - 24/12/2020, 22:16 WIB
Irfan Kamil,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, virus corona varian baru asal Inggris diketahui lebih cepat menyebar dibandingkan varian yang ada saat ini.

Meski demikian, hingga kini belum ada bukti apakah varian baru ini memiliki tingkat keparahan lebih tinggi dibandingkann virus yang ada saat ini.

“Jadi yang sudah terlihat Inggris penularannya terbukti lebih cepat, tetapi belum ada bukti bahwa varian ini menimbulkan tingkat keparahannya yang lebih, membuat penyakit menjadi lebih berat dan juga tidak terbukti menambah tingkat kematian ya,” kata Bambang dalam talkshow di Graha BNPB, Kamis (24/12/2020).

“Jadi masih fokus pada kemudahan untuk menyebar ya,” kata Bambang.

Kendati demikian, ia mengatakan masyarakat tidak boleh lengah terkait penyebaran virus corona.

Baca juga: Pakar Peringatkan Potensi Virus Baru Lebih Mematikan Muncul Usai Pandemi Covid-19

Sebab, virus ini dapat menyerang orang yang mudah terpapar penyakit secara lebih cepat.

“Kita tidak boleh lupa bahwa kalau kita bicara penyebaran virus SARS-CoV-2 ini berarti kan langsung terkena kepada orang-orang yang berpotensi seperti (yang punya) komorbid maupun orang tua. Jadi kita tetap intinya harus berhati-hati,” ujar Bambang.

Bambang menjelaskan, virus corona varian baru ini pertama kali ditemukan di Inggris pada 20 September 2020.

Kemudian per 13 Desember 2020 sudah lebih dari 1100 kasus yang terdeteksi di Inggris Raya.

“Peningkatannya itu begitu cepat ya sehingga kalau kita lihat di bulan November dan terutama bulan Desember terjadi peningkatan yang luar biasa, sehingga di Inggris bagian tenggara yang paling banyak dampaknya,” kata Bambang.

Bambang menuturkan, dari pemeriksaan sampel di Inggris, 50 persen diantaranya ditemukan mengandung virus jenis baru varian itu.

“Dari seluruh isolate virus yang berhasil ditemukan dari pemeriksaan sampel 50 persennya mengandung varian ini, jadi sudah sangat masif di Inggris,” ucap Bambang.

Baca juga: 28 Kabupaten/Kota Zona Oranye Covid-19, Pemda dan Masyarakat Diminta Serius Cegah Penularan Virus

Lebih jauh Bambang mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 atau virus Covid-19 ini memang virus yang mudah sekali menular dan penyebarannya sangat cepat. Sehingga, ia berharap masyarakat tidak menganggap enteng virus ini.

Ia menambahkan, virus SARS-CoV-2 adalah virus RNA yang tergolong paling besar dalam keluarga virus Corona.

“Jadi keluarga virus corona itu banyak ya, beberapa sudah menjadi wabah seperti SARS Kemudian MERS dan sekarang SARS-CoV-2. Kebetulan virus SARS-CoV-2 ini yang paling besar,” ucap Kepala BRIN ini.

Selain itu, Bambang menambahkan, yang juga harus diperhatikan yakni cara penularannya adalah melalui droplet atau melalui butiran air yang keluar ketika sedang berbicara.

“Jadi penularannya antar manusia dan sangat mudah dan kemudian daya tularnya sangat tinggi 20 kali dibanding SARS ya,” ucap Bambang.

“Waktu SARS kejadian di tahun 2000-an sempat membuat beberapa negara juga berhenti kegiatan ekonominya, yang ini 20 kali lebih cepat,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com