"Tim saya mayoritas perempuan, justru hal tersebut menjadi sesuatu yang mampu menginspirasi saya karena kami semua bekerja dalam keadaan yang sama," terangnya.
"Ternyata semua perempuan, tidak peduli usia dan fisiknya, bahkan ada yang baru melahirkan, tetap saja kuat dan masih melakukan pekerjaan dengan baik," sambung Debryna.
Ia juga mengaku, pada saat itu semua saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Hal itu yang membuat mental mereka menjadi lebih kuat.
Di sisi lain, ada cerita dari bidan yang mengalami tantangan berbeda yaitu menangani ibu hamil di masa pandemi.
Salah satu bidan Puskesmas Bendo, Magetan, Jawa Timur, Iin Rosita menceritakan pengalamannya saat berusaha melindungi dua nyawa sekaligus yakni ibu hamil dan bayi di kandungan.
Dengan segala keterbatasan yang ada, ia bersama teman-temannya memanfaatkan inovasi Ojek Ibu Hamil (Jek-Mil) yang mereka inisiasi sejak 2018.
"Tujuan Jek-Mil adalah meningkatkan layanan Antenatal Care Terpadu (ANCT), sehingga kemungkinan kematian ibu dan kandungannya dapat diminimalisir," kata Iin.
Kendati demikian, tak semua orang mampu menjadi driver bagi ibu hamil. Ia menjelaskan, dalam hal ini, pihaknya melakukan seleksi bagi driver.
"Mereka pun kami rekrut dari kader kesehatan yang telah dibekali dengan ilmu kesehatan ibu dan anak, dan semuanya adalah perempuan,” terang dia.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan