"Jika dibiarkan, maka kapasitas public health Indonesia bisa kolaps. Pasien baru corona akan semakin kesulitan mencari rumah sakit untuk perawatan dan isolasi mandiri," kata dia.
Kemudian, tidak hanya berdampak pada pasien Covid-19 saja. Menurut dia, apabila kapasitas tempat kesehatan tersebut membeludak, bahkan menyerah untuk menangani pasien, para pasien non-Covid-19 pun akan kesulitan berobat.
Baca juga: 5 Kisah Petugas, Pasien Covid-19 dan Hak Suaranya Saat Pilkada di Tengah Pandemi
Untuk itu, ia menyarankan agar Indonesia mewaspadai dua hal. Pertama adalah angka positive rate Indonesia yang masih 15 persen.
"Angka positive rate Indonesia masih 15 persen. Itu di atas standar WHO kurang dari 5 persen," ucap Firdza.
Kedua, terkait mobilitas masyarakat yang tidak bisa ditekan. Padahal, kata dia, idealnya mobilitas masyarakat bisa ditekan sampai 80 persen jika memang benar ingin mengendalikan atau mencegah penularan Covid-19 semakin meluas.
Melalui postingan-nya, Pandemic Talks juga menyebut bahwa menurut pemodelan di Our World in Data Oxford University, angka kasus harian di Indonesia bisa 7 kali lipat dari yang dikonfirmasi atau rata-rata 44.000 kasus per hari.
Pada Rabu (9/12/2020), jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Indonesia mencatatkan jumlah tertingginya, 171 orang dalam satu hari.
Data tersebut yang dikeluarkan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 hingga pukul 12.00 WIB, Rabu.
Baca juga: 342 Nakes Meninggal Dunia, IDI: Kematian karena Covid-19 Itu Nyata
Angka 171 menjadi rekor tertinggi pasien Covid-19 yang meninggal dunia sejak pertama kali pandemi muncul di Tanah Air pada 2 Maret 2020.
Sebelumnya, angka kematian akibat Covid-19 tertinggi terjadi pada Jumat, 27 November 2020 dengan jumlah 169 orang pasien meninggal dalam sehari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.