JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mendorong terus dibangunnya kepercayaan strategis di antara negara anggota Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur untuk memperkuat kerja sama.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam pidato virtualnya di KTT Asia Timur (East Asia Summit/EAS) ke-15 pada Sabtu (14/11/2020), dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
"Sebagai forum dialog tingkat pemimpin negara, EAS harus terus digunakan untuk membangun strategic trust untuk memperkuat kerja sama," kata Jokowi dilansir dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara, Jumat (15/11/2020).
Baca juga: Jokowi Hadiri Hari Terakhir KTT ASEAN ke-37, Ini Rincian Acaranya
Jokowi mengatakan, modal yang dimiliki EAS sangat besar. Setidanya, 5 anggota EAS saat ini duduk di Dewan Keamanan PBB dan 8 anggotanya tergabung dalam G20 (group of twenty).
EAS juga mewakili lebih dari 54 persen penduduk dunia dan 58 persen produk domestik bruto (gross domestic product/GDP) dunia.
Dengan modal tersebut, Jokowi yakin kesepakatan dan upaya EAS pasti memiliki dampak besar terhadap kawasan dan dunia.
"Pertanyaannya apa yang harus EAS lakukan saat ini?" ujar Jokowi.
Menurut dia, hal pertama yang harus segera dilakukan adalah memperkokoh ketahanan kesehatan di kawasan. Isu tersebut sudah menjadi prioritas sejak awal pembentukan EAS.
Jokowi mengatakan, dalam jangka pendek, ketersediaan vaksin Covid-19 di kawasan menjadi sebuah keharusan.
Baca juga: Hadiri Pertemuan East Asia Summit, Jokowi Sebut 2020 sebagai Tahun yang Sangat Berat
Sementara, dalam jangka panjang, kawasan harus bersiap untuk mengantisipasi pandemi yang mungkin terjadi kembali.
"Beberapa hal yang perlu diprioritaskan adalah sistem peringatan dini, mekanisme ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis di kala darurat, pembentukan inventory buffer di kawasan untuk alat kesehatan, kawasan industri kesehatan, serta riset dan teknologi kesehatan," kata Jokowi.
Selain itu, EAS diharapkan menjadi penggerak perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Di tengah situasi sulit saat ini, bibit-bibit perpecahan dan konflik tidak boleh dibiarkan berkembang lebih lanjut.
Sebaliknya, seluruh pihak harus bersatu dan fokus untuk melawan musuh bersama, yakni pandemi Covid-19.
Baca juga: Jokowi: Pandemi Covid-19 Wake Up Call untuk Perbaiki Sistem Kesehatan