Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Indonesia Dianggap Serius Tangani Corona, Ini Instruksi Jokowi

Kompas.com - 11/02/2020, 13:50 WIB
Ihsanuddin,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi


BOGOR, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta agar jajarannya terus memberikan perkembangan terbaru kepada media massa terkait penanganan virus corona. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna yang dihadiri seluruh menteri dan kepala lembaga di Istana Bogor, Selasa (11/2/2020).

"Saya minta agar penyampaian ke media, pagi, siang, malam, terus dilakukan. Sehingga informasi betul-betul konkret, ada fakta-faktanya," kata Jokowi.

Baca juga: Peneliti Harvard Sebut Virus Corona di Indonesia Tak Terdeteksi, Menkes: Itu Menghina

Jokowi meyakini jika pemerintah terus menginformasikan perkembangan terkait penanganan virus Corona, maka tak akan ada keraguan yang datang dari dunia internasional.

"Sehingga persepsi yang ada di luar kepada pemerintah Indonesia betul-betul sangat serius dalam menangani ini," kata dia.

Jokowi menyebut sejauh ini ada 62 warga di Indonesia yang sempat diduga terjangkit virus corona.

Namun, setelah dilakukan pemeriksaan, semuanya dinyatakan tak mengidap virus yang pertama kali muncul di Hubei, China itu.

"Ini patut kita syukuri," katanya.

Baca juga: Update Virus Corona 11 Februari: 1.018 Meninggal, 43.101 Terinfeksi

Kepala Negara pun mengucapkan terimakasih kepada seluruh jajarannya yang telah bekerja keras untuk mengantisipasi virus corona ini. Apresiasi khusus disampaikan Jokowi untuk Kementerian Kesehatan.

"Saya kira ini menunjukkan kewaspadaan kita, kehati-hatian kita, ekstra kerja keras kita, sehingga virus itu tak masuk ke Indonesia," kata dia.

Baca juga: Ahli Harvard Prediksi Kasus Virus Corona Tak Terdeteksi, Ini Respons Kemenkes

Sebelumnya diberitakan, ketiadaan kasus virus corona di Indonesia memicu kekhawatiran peneliti Harvard.

Menurut peneliti harvard, ada kemungkinan virus sebenarnya telah menyebar, tetapi tak terdeteksi. Jika itu terjadi, menurut dia, ada potensi bagi virus tersebut membentuk epidemi yang jauh lebih besar.

“Indonesia telah melaporkan nol kasus, dan Anda akan mengharapkan telah melihat beberapa kasus,” ujar ahli epidemiologi Marc Lipsitch di Harvard TH Chan Scool of Public Health, sebagaimana dikutip VOA News.

Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian dr Siswanto menanggapi penelitian ahli dari Universitas Harvard itu. Siswanto mengatakan, penelitian tersebut hanya berdasarkan kalkulasi matematis dan belum dipastikan kebenarannya.

"Penelitian Harvard itu model matematik untuk memprediksi dinamika penyebaran novel coronavirus berdasarkan seberapa besar orang lalu lalang," kata Siswanto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/2/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com