Ruhana Kuddus yang masih berkerabat dengan Sjahrir, tokoh pergerakan Indonesia, kemudian jadi pemimpin redaksi.
Sejarawan Universitas Andalas Padang Gusti Asnan mengungkapkan, kehadiran surat kabar tersebut rupanya cukup ampuh dalam menginspirasi surat kabar perempuan lainnya untuk tumbuh.
"Delapan tahun setelah kelahirannya, terbit pula surat kabar Soeara Perempoean, empat tahun setelah itu lahir pula surat kabar Asjraq," kata Gusti saat dihubungi Kompas.com, pada 7 November lalu.
Baca juga: Mampir di Rumah Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia
Di samping terlibat dalam penerbitan Soenting Melajoe, Ruhana Kuddus juga terlibat dalam penerbitan beberapa surat kabar yang lain, antara lain surat kabar Perempoean Bergerak di Medan bersama Siti Satiaman dan Parada Harahap serta surat kabar Radio di Padang.
Tidak itu saja, beberapa tulisannya juga diterbitkan dalam beberapa surat kabar yang lain, baik di Sumatera atau di Pulau Jawa, di antaranya dalam Poeteri Hindia.
"Dari pengungkapan tersebut, sekali lagi, tidaklah berlebihan rasanya mengatakan bahwa Ruhana Kuddus adalah serorang tokoh perintis penertiban surat kabar perempuan dan wartawati perempuan pertama yang memiliki andil besar bagi perkembangan dunia pers Indonesia," kata Gusti.
Baca juga: Sepak Terjang Ruhana Kuddus, Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2019