Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Mien Sugandhi: Pejuang Hak Perempuan, Politisi, hingga Orang Dekat Soeharto

Kompas.com - 07/01/2020, 05:51 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Urusan Peranan Wanita, Siti Aminah Sugandhi atau akrab disapa Mien Sugandhi, mengembuskan napas terakhir pada Minggu (5/1/2020).

Mien yang lahir pada 28 Juli 1934 itu wafat pada usia 85 tahun. Jenazah Mien lantas dimakankan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Senin (6/1/2020).

Kepergian Mien menyisakan cerita tersendiri. Ia tidak hanya meninggalkan kenangan tentang perjuangan membela hak-hak perempuan, tetapi juga sepak terjang sebagai politisi.

Sebab, sebelum menjabat menteri, Mien duduk sebagai anggota DPR dari Partai Golkar. Jabatan itu diembannya selama 16 tahun, yaitu sejak 1977 hingga 1993.

Oleh karenanya, tak heran jika Mien dekat dengan sosok Soeharto, bahkan istri kepala negara, Tien Soeharto.

Baca juga: Mantan Menteri Urusan Peranan Wanita Mien Sugandhi Meninggal Dunia

Pejuang hak perempuan

Saat masih menjabat sebagai menteri, Mien Sugandhi pernah menjadi Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Dunia Wanita ke-4 di Beijing, China, tepatnya Oktober 1995.

Konferensi itu menghasilkan Beijing Platform for Action yang masih digunakan hingga hari ini di seluruh negara Asia-Afrika.

Di Indonesia, fokus Beijing Platform for Action melahirkan Instruksi Presiden tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional yang dikeluarkan Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000.

Mien menjabat sebagai menteri selama lima tahun di Kabinet Pembangunan VI, terhitung sejak 17 Maret 1993 hingga 16 Maret 1998.

Saat masih menjabat menteri, tepatnya 17 Agustus 1996, Mien dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana.

Penghargaan itu diberikan untuk mereka yang berjasa besar di suatu bidang atau peristiwa tertentu yang bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa dan negara.

Pemakaman Mien Sugandhi di TMP Kalibata, Jakarta, Senin (6/1/2020).KOMPAS.com/Haryantipuspasari Pemakaman Mien Sugandhi di TMP Kalibata, Jakarta, Senin (6/1/2020).

Atas upaya dan perjuangan Mien ini, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)  I Gusti Ayu Bintang Darmavati menyebut sosok Mien sebagai pejuang hak-hak perempuan.

"Seorang Ibu pejuang hak-hak perempuan. seorang pembela kemanusiaan yang tulus. Ibu dari keluarga panutan yang senantiasa memberi inspirasi dan teladan bagi keluarga maupun masyarakat Indonesia," kata Bintang saat menjadi inspektur upacara dalam prosesi pemakaman Mien.

Mendirikan MKGR

Pada tahun 1960, Mien bersama bersama suaminya, RH Sugandhi Kartosubroto, mendirikan sayap ormas Partai Golkar bernama Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).

MKGR juga turut membidani kelahiran Golkar pada tahun 1964. Oleh karenanya, tak heran jika MKGR menjadi salah satu pilar penting lahirnya partai pohon beringin itu.

Baca juga: MKGR Kenang Sosok Mien Sugandhi, Jasanya Dinilai Luar Biasa

Pada awalnya, MKGR dibentuk dengan niatan melaksanakan fungsi-fungsi nonpolitik seperti pendidikan, ekonomi, dan sosial. Namun, ormas ini lantas menyatakan diri menjadi partai politik terhitung sejak 27 Mei 1998.

Saat itu, MKGR telah diketuai oleh Mien. Sebab, suami Mien yang sebelumnya memimpin MKGR, wafat pada tahun 1991.

MKGR juga menjadi salah satu peserta pemilu di tahun 1999. Namun sayang, suara partai ini tak mencapai satu persen, sehingga tak bisa meloloskan calon legislatifnya ke Parlemen.

Kini, MKGR kembali menjadi ormas sayap Partai Golkar.

Titah Soeharto

Tahun 1991, tak lama setelah menjabat sebagai Ketua Umum MKGR menggantikan suaminya, Mien mendapat tugas khusus dari Kepala Negara.

Kala itu, Mien diminta untuk membentuk organisasi wantia tani seluruh Indonesia.

"Suatu kali, Pak Harto bertanya, kamu bisa tidak sekarang membentuk organisasi wanita tani seluruh Indonesia?," kenang Mien dikutip dari buku Pak Harto, The Untold Stories (2011).

"Waktu itu ada Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), tetapi di situ belum ada organisasi wanitanya. Jelas tidak mungkin saya mengatakan tidak bisa," lanjutnya.

Baca juga: Mien Sugandhi dan Kenangan Membangun Organisasi Wanita Tani...

Kepada Mien, Soeharto hanya memberikan waktu satu sampai dua minggu untuk dia mengumpulkan seluruh wanita tani di Indonesia.

"Waduh, Ya Allah, bagaimana caranya?" Mien sempat kebingungan.

Akhirnya, dengan jabatannya sebagai Ketua MKGR, Mien memutuskan untuk mengerahkan MKGR seluruh Indonesia membentuk organisasi wanita tani hingga ke seluruh pelosok, bahkan Timor Timur.

Diundangnya seluruh perwakilan wanita tani itu ke Jakarta. Dari 300 orang yang diundang, sebanyak 800 wanita tani tercatat hadir.

"Di masa itu wanita yang datang dari kawasan tertinggal ada yang belum biasa pakai sepatu, bahkan ada yang tak biasa pakai baju dalam. Jadi kami harus membina mereka," ujar Mien.

"Ini memang tujuan Pak Harto yang sebenarnya, agar kami membina wanita-wanita itu, antara lain agar mereka tidak merasa minder sehingga siap mengambil peran yang lebih besar dan maju di dalam lingkungannya," lanjut dia.

Pesan Tak Sampai

Tidak hanya dekat dengan Soeharto, Mien juga dikenal rekat dengan sang Ibu Negara, Tien Soeharto.

Sebelum meninggal dunia pada tahun 1996, Tien bahkan menyampaikan pesan melalui Mien supaya Soeharto tak lagi maju sebagai presiden.

Dikutip dari buku Pak Harto, The Untold Stories (2011), Mien menyebut bahwa pesan dari mantan Ibu Negara itu disampaikan dalam suatu acara Golkar.

"Tiba-tiba Ibu Tien berkata kepada saya, tolong katakan kepada... (Ibu Tien menyebut salah seorang petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup, beliau sudah tua," kata Mien mengingat ucapan Tien.

Mien mengaku terkejut dan seketika berkata, "Lho Bu, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?"

"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi), pokok'e aku lungo," kata Tien.

Baca juga: Mien Sugandhi, Soeharto, dan Ibu Tien: Pesan yang Tak Tersampaikan

Atas pesan itu, Mien lantas menyampaikannya ke politisi Golkar yang dimaksud Tien. Namun, politisi tersebut tak percaya Tien berpesan demikian.

"Saya pun bersikeras, masak saya berani berbohong? Mengubah kata-kata Ibu Tien saja saya tidak berani," ujar Mien.

"Tetapi mereka tidak percaya, ya sudah. Mereka malah mengatakan bahwa lebih dari seratus juta rakyat Indonesia tetap menginginkan Pak Harto menjadi presiden," lanjutnya.

Akhirnya, Tien mengembuskan napas terakhir pada 28 April 1996. Kemudian, setahun setelahnya, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden dan dilantik untuk ketujuh kalinya pada 11 Maret 1998.

Namun, tak lama setelah itu situasi politik menjadi tidak kondusif dan Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya.

"Ah, seandainya orang-orang diberi pesan oleh Ibu Tien itu dulu itu mau merenungkannya," kata Mien dalam buku Pak Harto, The Untold Stories lagi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com