Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Banyak Petugas TPS Sakit hingga Meninggal Saat Pemilu

Kompas.com - 20/04/2019, 12:20 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Nurdin, menyebutkan sejumlah faktor yang membuat banyak kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang sakit hingga meninggal selama penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres 2019.

Faktor pertama adalah lantaran pemilu dan pilpres pada tahun ini digelar secara serentak untuk memilih presiden, DPR, DPRD, dan DPD.

Hal ini berpengaruh pada tenaga, waktu, hingga pikiran serta beban petugas.

"Kemudian secara enggak langsung tingkat pekerjaan, kemudian pikiran, tenaga, juga harus ekstra. Di samping itu anggaran sama saja yang diperoleh teman-teman. Walaupun pekerjaan banyak, dananya sama saja (seperti pemilu sebelumnya)," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/4/2019).

Baca juga: #IndonesianElectionHeroes, Hormat untuk Para Pahlawan yang Gugur Saat Pemilu

Nurdin mengungkapkan, dengan anggaran yang sama seperti pemilu sebelumnya tetapi dengan pekerjaan yang lebih banyak membuat sejumlah petugas memutuskan untuk mundur.

Faktor lain ialah pemilihan serentak membuat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) kerepotan mengurus logistik yang sangat banyak.

"Apalagi mereka ini orang yang kita rekrut bekerja selama pemilu saja sehingga dia awalnya belum paham sistemnya learning by doing, terus ditambah lagi ada pembatasan periodisasi PPK, PPS, dan KPPS sehingga yang sudah berkali-kali ikut pemilu harus kita stop dengan adanya regulasi itu," ujarnya.

Menurutnya, para petugas akhirnya kaget karena tekanan yang datang semakin tinggi, terutama tekanan dari para pemilih.

Baca juga: #IndonesianElectionHeroes Pemilu 2019, 4 Petugas KPPS Sulsel Meninggal

"Santai tahunya gedebak-gedebuk, belum lagi pressure dari masyarakat," tutur Nurdin.

Ia mengungkapkan, petugas KPPS, PPK, dan PPS mempunyai masa kontrak kerja selama satu bulan dari 20 Maret-20 April 2019.

Mereka melakukan beberapa pekerjaan, seperti melakukan pendistribusian C6, menyiapkan TPS minimal H-1, mempersiapkan sampai hari-H, membuka TPS dari pukul 07.00 hingga 13.00, lalu melalukan penghitungan suara selambat-lambatnya selama 24 jam.

"Kemarin ada yang menghitung dari jam 01.00 sampai jam 08.00 pagi baru diantarkan kotaknya. Kondisi ini, walaupun tidak bisa dijadikan alasan utama, namanya tenaga manusia, pikiran pasti ada erornya," katanya.

Baca juga: Di DKI, 1 Anggota KPPS Meninggal, Lainnya Jatuh Sakit karena Kelelahan

Sebelumnya, Nurdin mengatakan, pihaknya menerima sejumlah laporan terkait anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang sakit hingga meninggal selama penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres 2019.

Ia menyebut, ada satu anggota KPPS yang meninggal pada malam sebelum pemilu karena kelelahan.

"Kalau sakit banyak. Kalau meninggal ada satu orang itu yang malam sebelum pemilu dia meninggal. Di TPS di Jakbar karena kecapekan," ucap Nurdin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com