Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Terjadi Bencana, Keselamatan yang Utama, Bukan Foto-foto...

Kompas.com - 26/03/2019, 14:08 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kepala Humas dan Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, melalui akun Twitter-nya menuliskan kegusarannya tentang kebiasaan masyarakat menonton proses terjadinya suatu bencana.

Dalam unggahan video longsor di tambang Gunung Puger, Jember, Sutopo menyayangkan masyarakat yang justru menonton bencana yang terjadi.

"Kita sering abai risiko. Berada di daerah bahaya tanpa antisipasi memadai. Bahkan menonton saat bencana yang sangat rawan. Lalu saat ada susulan bencana, timbullah korban," tulis Sutopo.

Saat dihubungi Selasa (26/3/2019) siang, Sutopo menyebut tidak ada larangan untuk mengabadikan suatu kejadian, termasuk bencana. Namun ada hal-hal yang harus diperhatikan sebelumnya.

"Kami hanya bisa mengimbau agar mereka melihat risiko dan ancaman yang ada di sekitarnya. Posisi mengambil foto hendaknya di tempat aman. Jauh dari kemuingkinan yang berbahaya. Tidak harus berdekatan. Mereka bisa mengukur dirinya apakah di tempat aman atau tidak," ujar  Sutopo.

Baca juga: 5 Fakta Turis Asing Ingin Dekati Kawah hingga Banting Petugas di Gunung Bromo

Menurut Sutopo, kebiasaan masyarakat yang senang berswafoto dan mengabadikan peristiwa di lokasi bencana dapat berujung bahaya bagi mereka.

"Masyarakat Indonesia secara umum suka berswafoto dan mengabadikan peristiwa termasuk bencana. Namun seringkali mereka tidak menyadari atau bahkan mengabaikan risiko bencana yang dapat menimpanya. Beberapa kejadian ini terjadi sehingga menimbulkan korban," ujar dia.

Padahal, jika sampai menjadi korban karena terlalu sibuk mengabadikan momen, bukan hanya dia yang bersangkutan yang menerima akibatnya, tetapi juga keluarga, masyarakat sekitar, juga tim penyelamat yang bertugas.

"Kadang sudah dilarang pun, mereka nekat. Misalnya dilarang mendekat puncak kawah tapi mereka nekat. Saat terjadi letusan, mereka jadi korban dan evakuasinya sulit," ucap Sutopo.

Bermanfaat, tetapi…

Meskipun begitu, masyarakat tidak berarti dilarang mengabadikan atau mendokumentasikan peristiwa bencana yang mereka alami.

Untuk banyak kasus, foto, video, atau laporan yang datang dari masayarakat sangat membantu kerja badan-badan yang menangani bencana.

"Foto selfie itu sangat bermanfaat dalam informasi bencana. BNPB dan MIT, Usaid, BPBD DKI mengembangkan aplikasi Peta Bencana yang berbasis laporan masyarakat dari medsos," ucap Sutopo.

"Ini sudah dipakai untuk peta banjir Jakarta. Hasilnya laporan bencana sangat cepat terkumpul," tuturnya.

Jadi, masyarakat yang kebetulan ada di tempat saat sebuah bencana terjadi, hal utama yang harus dilakukan adalah menyelamatkan diri hingga dirasa berada di tempat yang aman dari jangkauan bencana.

Setelah itu, mengambil foto, video, atau dokumentasi lainnya diperkenankan, demi kepentingan informasi untuk pihak yang lebih luas.

Baca juga: Fakta Bencana Karhutla di Riau, Kebakaran Semakin Parah hingga Kabut Selimuti Dumai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com