JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengajak semua pihak untuk turut mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Ajakan ini disampaikan menyusul terjadinya karhutla di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Hingga kini, karhutla terdapat di Kelurahan Terkul, dengan luas lahan yang terbakar sekitar 400 hektar.
Selain itu, di Kelurahan Pergam 360 hektar, Desa Sri Tanjung sekitar 80 hektar, Desa Teluk Lecah 50 hektar dan Desa Kebumen sekitar 40 hektar.
Baca juga: Cegah Kabut Asap Mengarah ke Malaysia, Satgas Berjibaku Atasi Karhutla di Riau
"Kalau dari penyampaian sejumlah pakar dan juga para pimpinan di daerah itu (Riau), kebakaran terjadi karena perbuatan manusia," ujar Doni di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Kamis (21/2/2019).
Doni mengatakan, kebiasaan masyarakat yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan harus diubah.
Ia juga meminta pemerintah memberikan sanksi yang tegas dalam memberikan hukuman terhadap perusahaan yang membakar hutan.
"Harus ada efek jera, kalau tidak, setiap tahun akan terulang kembali," kata Doni.
"Para pengusaha juga harus membimbing masyarakat sekitar agar mereka meninggalkan kebiasaan membakar. Kalau karhutla dibiarkan terus, berapa banyak yang harus kita keluarkan untuk mencegah kebakaran yang merugikan secara sosial dan kesehatan juga," lanjut dia.
Baca juga: 6 Fakta Karhutla di Riau, dari Penetapan Status Siaga Darurat Hingga Penangkapan Tersangka
Meski demikian, Doni mengklaim bahwa dari tahun 2016-2018, karhutla yang terjadi tidak sampai menimbulkan dampak asap yang meluas.
"Sehingga tidak ada keluhan penerbangan. Kemudian ekonomi tetap bisa berjalan dengan baik," ujar Doni.
Pada Rabu (20/2/2019) kemarin, BNPB sudah mengirimkan dua helikopter untuk memadamkan lima lokasi karhutla.
Kini, luas lahan yang terbakar sudah mencapai ribuan hektar dan menimbulkan kabut asap yang cukup parah di lokasi terbakar. Sebab, api masih ada di dalam gambut yang kedalamannya sekitar tiga meter.
Karhutla yang terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia ini sudah berlangsung lebih kurang satu bulan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.