Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Bohong Besar Kalau Ada Capres Wacanakan Setop Impor Pangan

Kompas.com - 13/02/2019, 18:07 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai, para calon presiden tidak perlu menjanjikan setop impor pangan karena saat ini Indonesia masih ketergantungan impor terhadap 21 komoditas subsektor pangan.

"Kalau ada siapa pun calon presiden mewacanakan akan setop impor, akan swasembada, itu bohong besar. Dalam kondisi seperti ini, tidak bisa dan mustahil menyetop impor pangan," kata Andreas saat ditemui usai diskusi di Jakarta, Rabu (13/2/2019), seperti dikutip Antara.

Guru Besar IPB tersebut menjelaskan, total impor 21 komoditas subsektor tanaman pangan terus mengalami peningkatan dari 18,2 juta ton pada 2014 menjadi 22 juta ton pada 2018.

Baca juga: Fadli Zon: Prabowo Akan Ungkit Kegagalan Swasembada Pangan hingga Infrastruktur Mangkrak

Sementara itu, impor pangan untuk tujuh komoditas utama, yakni beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu dan bawang putih, secara volume juga terus meningkat dari 21,7 juta ton pada 2014 menjadi 27,3 juta ton pada 2018.

Menurut dia, presiden terpilih periode 2019-2024 nantinya akan mengalami permasalahan dasar yang sama, yakni banyaknya komoditas yang harus diimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Indonesia pun saat ini telah masuk pada kondisi jebakan impor (impor trap). Contohnya, ketika impor jagung diturunkan dari 3,5 juta ton pada 2014 menjadi 1,3 juta ton pada 2016.

Baca juga: Ini Kata Susi Pudjiastuti soal Isu Jokowi Antek Asing...

Akibatnya, bahan substitusi, yakni gandum melonjak tinggi dan berdampak pada kenaikan harga pakan hingga 4 kali lipat pada 2018.

Selain itu, harga beras juga pada Januari 2018 juga akan semakin melambung jika pemerintah tidak memutuskan impor beras sebesar 2,2 juta ton untuk menstabilisasi harga.

"Kebijakan ke depan harus betul-betul dicermati dan diteliti karena kita sudah masuk ke 'impor trap' itu. Ketika ada komoditas yang coba kita turunkan, pasti komoditas lain bergejolak," kata Andreas.

Baca juga: Maruf Amin Yakin Pengalaman Akan Bantu Jokowi Hadapi Debat Kedua

Namun demikian, ia tak menampik bahwa persoalan impor pangan menjadi bola panas yang akan dikritisi pada debat calon presiden (capres) putaran kedua antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Debat akan berlangsung pada Minggu (17/2) mendatang dengan mengangkat tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com