Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut Publik Harus Bijak Sikapi Narasi Politik Capres-Cawapres

Kompas.com - 27/12/2018, 17:40 WIB
Jessi Carina,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti sekaligus Direktur Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo mengatakan, setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden memiliki narasi berbeda saat kampanye

Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, misalnya, yang menurut Karyono, menggunakan narasi pesimisme.

Padahal, kata Karyono, bisa saja Prabowo-Sandiaga sebenarnya menyadari situasi di Indonesia tidak separah yang mereka ungkapkan.

"Jangan-jangan Prabowo pun tahu Indonesia memiliki masa depan yang baik. Tetapi karena situasi politik, maka narasi yang mereka bangun adalah narasi pesimisme," ujar Karyono dalam diskusi bertema 'Refleksi Akhir Tahun : Indonesia Maju Atau Punah' di Jalan Pakubuwono, Kamis (27/12/2018).

Baca juga: Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Seroja Atambua, Prabowo Teteskan Air Mata

Salah satu narasi pesimisme yang disorot Karyono adalah pernyataan Prabowo soal Indonesia akan punah jika dirinya kalah. Padahal, itu belum tentu terjadi. Karyono menilai narasi pesimisme semacam ini sah digunakan dalam kontestasi politik.

Namun, narasi seperti ini erat kaitannya dengan politik kecemasan. Maksudnya, kata dia, bisa timbul kecemasan di masyarakat akan sesuatu yang belum tentu akan terjadi. Narasi pesimisme ini juga bertujuan untuk menjual kegagalan lawan politik.

"Untuk penantang, mereka jual kegagalan pemerintah. Narasi yang dibangun selalu soal kegagalan-kegagalan. Bagi penantang wajar juga mencoba menegasikan keberhasilan lawan politik ya," kata dia.

Kebalikan dari Prabowo-Sandiaga, Karyono mengatakan gaya kampanye pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin menggunakan narasi optimisme. Ini juga merupakan hal yang wajar dilakukan calon petahana.

Baca juga: Timses Jokowi-Maruf Dinilai Terlalu Reaktif Respons Serangan Tim Prabowo-Sandiaga

Karyono mengatakan, sudah sewajarnya Jokowi-Ma'ruf menjual keberhasilan pemerintahannya di periode pertama.

Baik narasi optimisme maupun pesimisme ini seharusnya bisa ditanggapi bijak oleh masyarakat. Karyono mengatakan publik harus menyadari bahwa dua narasi tersebut dilontarkan demi kepentingan politik.

Cara menilai isi dua narasi yang berbeda itu, kata Karyono, adalah membandingkannya dengan fakta. Dari situ publik bisa tahu siapa yang benar, penantang atau petahana.

Kompas TV Partai Amanat Nasional terus bergejolak menjelang Pilpres 2019, mulai dari pengurus yang mbalelo dengan mendukung Joko Widodo, bendahara umum mundur dan sekarang pendiri mendesak Amien Rais mundur. Spekulasipun bermunculan apakah PAN mengalami perpecahan atau memang ada pihak yang sengaja memecah belah?<br /> <br /> KompasTV akan membahasnya bersama Wakil Sekretaris Partai PAN Faldo Maldini, Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo-Sandiaga Dahnil Anzar Simanjuntak, dan Analis Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

Nasional
KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

Nasional
Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Nasional
Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi 'Online' Bisa Dipidana

Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi "Online" Bisa Dipidana

Nasional
Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Nasional
PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

Nasional
Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Nasional
Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi 'Online'

Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi "Online"

Nasional
Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Nasional
Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Nasional
Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Nasional
Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Nasional
Saat Kominfo Mengaku Tak Takut terhadap Peretas PDN yang Minta Rp 131 Miliar, Klaim Pegawainya Kerja 24 Jam

Saat Kominfo Mengaku Tak Takut terhadap Peretas PDN yang Minta Rp 131 Miliar, Klaim Pegawainya Kerja 24 Jam

Nasional
Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Nasional
Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com