Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Daftar Kebutuhan Mendesak Korban Gempa dan Tsunami di Sulteng

Kompas.com - 01/10/2018, 12:42 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan ribu warga Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, masih membutuhkan bantuan pascagempa berkekuatan magnitudo 7,4 SR dan tsunami melanda kedua daerah tersebut.

Menurut data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada sejumlah kebutuhan mendesak yang dibutuhkan para korban.

Kebutuhan mendesak itu di antaranya, BBM, solar, premium, air minum, tenaga medis, obat-obatan, rumah sakit, lapangan, tenda, terpal, selimut, veltbed, dan water tank.

Baca juga: Luhut: Penanganan Bencana di Sulteng Sudah Lebih dari Bencana Nasional

Kebutuhan lain seperti bahan makanan, alat penerangan, genset, dapur umum, kantong mayat, kain kafan, makanan bayi dan anak.

"Pakaian sekolah, anak, dewasa, sarung, perlengkapan shalat, pampers, sandal, alat-alat mandi, makanan siap saji, mie cup, biskuit kering, abon, kornet dan segala macam yang tanpa harus melalui proses masak memasak, yang siap saji," kata Kabid Humas BNPB Rita Rosita saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/10/2019).

"Perlengakapan sekolah, alat-alat tulis, sepatu, kaus kaki, buku tulis, dan obat-obatan generik, betadin atau paracetamol untuk menghindari infeksi, itu yang sangat diperlukan. Alat makan, piring plastik, pisau, garpu," sambungnya.

Baca juga: Presiden Jokowi: Bantuan Makanan Akan Dikirim Sebanyak-banyaknya

Menurut Rita, seluruh bantuan kebutuhan mendesak tersebut sedang dalam proses pendistribusian ke para korban terdampak.

Namun demikian, ada bantuan yang prosesnya masih belum sampai ke para korban lantaran terkendala akses akibat rusaknya sarana dan prasarana di daerah terdampak.

"Pendistribusian ini masih dalam tahapan-tahapan karena kendala di jalur transportasi yang belum maksimal. Karena beberapa jalur yang memang ke daerah-daerah yang aksesnya sulit itu banyak jalan yang putus, yang rusak. Ini kan perlu untuk diperbaiki dulu," ujar Rita.

Baca juga: Setelah Gempa di Sulteng, 1.425 Napi dan Tahanan Tak Berada di Sel

Rita menambahkan, kebutuhan-kebutuhan tersebut dibelanjakan dari Makassar, dan langsung didistribusikan ke Palu dan Donggala, supaya mempermudah dan mempercepat penyaluran.

Gempa berkekuatan magnitudo 7,4 SR dan tsunami yang terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018), memakan korban jiwa, sekaligus mengakibatkan sejumlah kerusakan.

Menurut data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Minggu kemarin, jumlah korban meninggal mencapai 832 orang, 821 orang dari Kota Palu, dan 11 orang dari Donggala.

Selain itu, 540 orang dilaporkan luka berat, dan 16.732 warga mengungsi di 24 titik di Palu.

Jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah, lantaran hingga saat ini proses evakuasi masih terus dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com