Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Golput, Buah dari Elite Politik yang Kurang Peduli pada Aspirasi Publik

Kompas.com - 14/08/2018, 16:35 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow mengatakan, wajar jika saat ini publik ramai membicarakan kemungkinan golput dalam Pilpres 2019 mendatang.

Menurutnya, hal itu merupakan bentuk protes masyarakat karena tidak diikutsertakan saat elite politik mengambil keputusan, dalam hal ini menentukan capres dan cawapres.

"Kalau yang terjadi lalu reaksinya mereka menjadi kecewa kemudian tidak mau memilih, saya kira itu sesuatu yang wajar dalam demokrasi," kata Jeirry saat dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (14/8/2018).

Baca juga: PSI Berharap Kelompok Pendukung Jokowi Tetap Solid dan Tidak Golput

Golput menjadi bukti bahwa publik mulai peduli terhadap pemilu dan masa depan bangsa. Mereka yang mengekspresikan kekecewaannya melalui golput merasa pasangan capres-cawapres yang akan bertanding di kontestasi Pilpres 2019 tidak sesuai harapan masyarakat.

Koordinator Komite Pemilih Indonesia, Jeirry Sumampow, di Media Center KPU, Jakarta Pusat, Rabu (24/6/2015).KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN Koordinator Komite Pemilih Indonesia, Jeirry Sumampow, di Media Center KPU, Jakarta Pusat, Rabu (24/6/2015).

"Jadi mereka (publik) enggak yakin tokoh-tokoh yang tampil (pasangan capres-cawapres) akan membawa sebuah perubahan yang penting dalam kehidupan mereka di masa depan," jelas Jeirry.

Menurut Jeirry, kondisi ini tidak lepas dari elite politik yang kurang peduli terhadap aspirasi publik.

Baca juga: Kapolda Jabar Ajak Masyarakat Jangan Golput

Alih-alih menampung keinginan para konstituennya, parpol malah memanfaatkan stigma di masyarakat terkait keharusan menggunakan hak pilih dalam pemilu.

"Selama ini memang parpol dan paslon kita sudah terlalu dimanjakan dengan mobilisasi-mobilisasi untuk memilih," kata Jeirry.

"Jadi akibatnya, mereka juga enggak punya sense terhadap persoalan-persoalan atau aspirasi publik sehingga apapun yang mereka tentukan ya publik harus ikut," imbuhnya.

Baca juga: Indra Birowo: Hak Suara Harus Digunakan, Jangan Golput

Jeirry mendorong parpol kembali melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat agar kekecewaan itu surut dan harapan pada capres dan cawapres yang sudah ditentukan bisa muncul.

"Supaya di 2019 nanti lebih banyak orang yang tidak lagi kecewa dan melihat ada sesuatu yang bisa disumbangkan dan dilakukan oleh dua paslon itu," tambahnya.

Kompas TV Simak dialognya dalam Kompas Petang berikut ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com