Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahri Hamzah Prediksi Pemilu 2019 Jadi Ladang Pembantaian Parpol Kecil dan Menengah

Kompas.com - 31/07/2018, 06:34 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memprediksi partai-partai menengah dan kecil bisa terpuruk dan kalah bersaing pada Pilpres 2019.

"Orang lupa bahwa pemilu 2019 itu adalah ladang pembantaian bagi partai kecil dan menengah. Itu sadis, nanti partai habis tuh," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (30/7/2018).

Menurut dia, pemilihan presiden dan anggota legislatif yang berlangsung serentak membuat partai harus berlomba-lomba meningkatkan popularitasnya di mata pemilih.

Baca juga: SBY-Salim Segaf Nostalgia Kedekatan Demokrat dan PKS pada Pemilu 2014

Salah satunya dengan memperjuangkan kader internal mereka maju di Pilpres 2019.

Selama ini, kata Fahri, jika partai tak punya perwakilan di bursa pilpres, hal itu akan merugikan partai tersebut.

"Karena ada riset, yang konsisten siapa yang punya calon. Dia mendapat limpahan suara dari popularitas kandidat, itulah semua partai mengejar keterwakilan. Saya kira itu bisa dimengerti," katanya.

Baca juga: Sistem Proporsioal Terbuka Pemilu Dinilai Ciptakan Perilaku Korup

Ia juga melihat publik saat ini akan memilih partai bergantung pada preferensi capres dan cawapres yang akan diusung. Situasi itu membuat publik tak bisa mendalami lebih jauh tentang partai dan calon legislatif yang diusung.

"Kira-kira begini ini ada pemilihan 575 anggota DPR, ribuan anggota DPRD dan DPD versus dua atau tiga pasangan (Pilpres 2019). Kira-kira perhatian orang ke mana? Perhatian orang ke presidennya ke wapresnya," kata Fahri.

Baca juga: Jika Demokrat-Gerindra Berkoalisi, Fahri Hamzah Yakin Jokowi Kalah

 

 

Fahri melihat, jika tak ada perwakilan partai pada bursa Pilpres 2019, hal itu akan berdampak buruk pada perolehan suara dan popularitas partai.

"Bayangkan kalau di situ tidak ada cermin dari partai politik maka partai itu bisa hilang kalau enggak jadi," katanya.

Ia mencontohkan, PDI-P dan Gerindra akan jauh lebih unggul dibandingkan partai lainnya. Sebab, keduanya memiliki figur kuat yang diusung, yaitu Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Baca juga: Fahri Hamzah: Kami Deklarasi PKS 1998, 2018 Mungkin Innalillahi...

Kuatnya figur tersebut akan mendongkrak perolehan suara dan popularitas partai. Namun, hal itu dinilainya tak berlaku bagi partai lain.

"Bisa-bisa Hanura, PPP, hilang, enggak tahu kalau Nasdem. Yang sisa itu Golkar jatuh, satu lagi PKB," katanya.

"Sebelah sini (oposisi) juga begitu PKS, PAN, Gerindra, Demokrat kalau yang enggak punya kandidat bisa hilang, apalagi partai baru," katanya.

Baca juga: Demokrat-PKS Sepakat Tak Inginkan Tindakan Radikal dalam Pilpres 2019

Bahkan, ia memperkirakan kesepakatan politik akan berlangsung alot hingga jelang akhir pendaftaran kandidat Pilpres 2019.

"Saya melihatnya itu enggak mudah selesai. Deal ini paling cepet tanggal 9 (Agustus) malam bahkan ada yang akan deal itu 10 (Agustus) malam bisa bisa sejam-dua jam deal itu baru tercapai," paparnya.

Kompas TV Kursi cawapres disebut menjadi hal krusial di koalisi oposisi, bagaimana babak akhir koalisi Partai Gerindra- PKS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com