Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Ditempa Dulu, AHY Dinilai Belum Matang sebagai Cawapres

Kompas.com - 25/07/2018, 07:32 WIB
Reza Jurnaliston,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli berpendapat, belum waktunya bagi politisi Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019.

Menurut Lili, putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tersebut perlu mengumpulkan pengalaman dalam kepemimpinan politik dan birokrasi.

"Saya kira untuk Pilpres 2019 ini AHY belum tepat atau waktunya untuk posisi tersebut (cawapres). Perlu ditempa dulu dan memiliki pengalaman-pengalaman dalam kepemimpinan politik dan atau kepemimpinan birokrasi," kata Lili saat dihubungi, Rabu (25/7/2018).

Lili mengatakan, meski AHY memiliki pendidikan yang tinggi, AHY belum berpengalaman di dunia politik.

Baca juga: AHY Tersenyum Dengar Prabowo Tak Masalah jika Dirinya Jadi Cawapres

Sebab, AHY belum pernah menduduki jabatan strategis yang bermanfaat untuk menjadikan dia matang dan berpengalaman.

"Dalam politik misalnya menjadi pimpinan DPR atau partai, dalam birokrasi menjadi menteri. Dengan pengalaman-pengalanan tersebut, ia akan menjadi matang," tutur Lili.

"Memang AHY mungkin memiliki kecerdasan dan bakat kepemimpinan, tapi jika minim pengalaman akan menjadi problem dalam perjalanan kepemimpinannya," ujar dia.

Selain itu, lanjut Lili, seharusnya SBY juga memberikan ruang kepada kader-kader lain yang memiliki kemampuan, pengalaman, dan rekam jejak bersih untuk maju berkontestasi pada pemilu mendatang.

"Jika tidak, akan ada tuduhan negatif terhadap Pak SBY dan Partai Demokrat, di antaranya tuduhan politik dinasti dan personalisasi kepemimpinan," kata dia.

Baca juga: Pengusungan AHY Jadi Cawapres Dinilai Bisa Timbulkan Kecemburuan di Internal Demokrat

SBY sendiri sudah menegaskan bahwa Partai Demokrat tidak ngotot untuk menjadikan AHY sebagai cawapres. Hal ini diungkap SBY saat menjajaki peluang koalisi ketika bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Menurut SBY, Partai Demokrat terbuka untuk membicarakan hadirnya calon terbaik untuk menjadi pendamping Prabowo pada Pilpres 2019.

"Saya keluarkan statement, bagi Demokrat cawapres bukan harga mati, yang penting pasangan capres dan cawapres paling tepat dan paling baik dalam lima tahun ke depan, bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik," ujar SBY dalam jumpa pers usai pertemuan di kediamannya, Selasa (24/7/2018).

Kompas TV Dalam pertemuan malam ini Prabowo mengatakan tidak ada tekanan dan keharusan dari SBY untuk menjadikan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Cawapres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com