Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Kini, Organisasi Teroris Hindari Teknologi Informasi

Kompas.com - 16/05/2018, 10:48 WIB
Reza Jurnaliston,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat terorisme Al Chaidar menilai pergerakan dan struktur organisasi teroris saat ini telah berubah. Menurut Al Chaidar, organisasi teroris lebih tersamar dan sulit dideteksi. 

“Sekarang ini organisasi teroris memang sangat rigid, struktur organisasi mereka tersembunyi dan mereka tidak lagi menggunakan teknologi informasi telepon,” ucapnya saat dihubungi, Rabu (16/5/2018).

Al Chaidar mengatakan, teroris saat ini memilih komunikasi secara langsung ketimbang melalui saluran telepon atau internet. 

“Tatap muka langsung bertemu, kemudian mereka tidak menggunakan komunikasi WA (aplikasi Whatsapp). Mereka punya WA tapi tidak untuk jaringan jihad mereka,” ucapnya.

Organisasi teroris, kata Al Chaidar, menghindari telepon dan internet agar sulit terdeteksi oleh polisi. 

Baca juga: Ini Perdebatan soal Definisi Terorisme dalam RUU Antiterorisme

Sebelumnya, rangkaian teror terjadi di Surabaya dan Sidoarjo dalam 24 jam terakhir.

Minggu (13/5/2018) kemarin, ledakan terjadi di tiga gereja di Surabaya, yaitu di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI), dan Gereja Pantekosta Pusat.

Minggu malam, ledakan juga kembali terjadi di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur.

Pada Senin (14/5/2018) pagi, bom bunuh diri kembali terjadi di depan Markas Polrestabes Surabaya, Jawa Timur.

Total belasan orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka karena aksi terorisme di sejumlah tempat tersebut.

Kompas TV Rumah warga di sekitar Mapolda Riau disterilisasi oleh polisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com