JAKARTA, KOMPAS.com - Co Founder Digital Culture Syndicate Michael Boeby Hoelman menyatakan, bonus demografi bisa diolah menjadi aset dan pertumbuhan ekonomi inklusif.
Ia mengharapkan pemerintah bisa mengolah dan mengembangkan bonus demografi Indonesia menjadi keuntungan.
“Tahun 2019 adalah tahun yang menentukan, beberapa hal dan isu utama seperti bonus demografi dan revolusi Industri 4.0 bisa menjadi daya ungkit Indonesia melompat lebih jauh,” tuturnya dalam diskusi bertajuk “Kabinet Muda 2019: Peluang, Tantangan atau Fiksi” di Bakoel Koffie, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Baca juga: Bonus Demografi Harus Diikuti dengan Penguasaan Teknologi Digital
Bonus demografi, ucapnya, juga merupakan realitas faktual yang juga menuntut anak muda untuk masuk ke dalam pemerintahan.
Sehingga, dibutuhkan generasi muda untuk masuk dalam kabinet pemerintahan 2019 untuk mendorong fokus pembangunan Sumber Daya Manusia.
Pria yang juga analis publik di lembaga yang sama ini juga menilai, keberadaan kalangan muda di kabinet sangat menentukan arah pembangunan.
"Secara politik kita harus melihat bahwa kualitas kabinet yang akan datang akan menjadi salah satu ukuran dan patokan. Dengan kabinet yang terdiri dari komposisi kalangan muda dan mumpuni, pemerintah akan lebih bisa menjalankan agenda pembangunan,” katanya.
Baca juga: Tantangan Bonus Demografi, Universitas Mesti Lakukan Ini..
Lebih lanjut, menurutnya, kabinet dari angkatan muda pada pemerintahan hasil pemilu 2019 nanti akan memastikan kabinet disusun berdasar kebutuhan nasional dan rasionalisasi ekonomi politik Indonesia.
Ia berharap kabinet masa depan merupakan komposisi antara seorang cendekiawan dan aktivis.
"Perlu zaken kabinet dengan berbasis pada kecakapan politik dan keahlian tertentu,” ucapnya.