Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Gebrakan Para Wanita Lepas dari Diskriminasi

Kompas.com - 21/03/2018, 20:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 2009, Indira Gandhi, seorang guru TK dari Malaysia, sempat kehilangan hak asuh atas ketiga anaknya. Pada Maret 2009, suaminya yang sudah tidak lagi tinggal bersamanya mengubah agama anak-anaknya sesuai agama suaminya tanpa sepengetahuan atau persetujuan Indira.

Pada Januari 2018, setelah dirinya melakukan perlawanan hukum yang panjang dan berlarut-larut, Mahkamah Tinggi akhirnya menyatakan bahwa pengubahan agama anak-anak di Malaysia secara sepihak tidak sah di mata hukum. Sayangnya, Indira tetap tidak bisa tenang.

Indira belum mendapatkan kembali hak asuh atas anak bungsunya, Prasana Diska, karena mantan suaminya ikut membawanya lari bersamanya. Saat ini, mantan suaminya itu tengah dikejar pihak kepolisian.

Ini bukan cerita tentang agama. Dan juga bukan tentang apakah pengadilan agama atau pengadilan negara dapat mengatur kehidupan pribadi sesorang. Ini adalah kisah tentang seorang wanita yang berjuang selama 9 tahun untuk keluarganya.

Kisah Indira ini mencerminkan tentang kegigihan dan determinasi para wanita di Asia Tenggara. Mereka berhasil terlepas dari diskriminasi yang hampir tidak dapat teratasi dalam segala hal, seperti wanita yang harus bekerja dua kali lebih keras untuk dapat mencapai tujuan mereka.

Namun, di belahan lain di kawasan ini, sejumlah perempuan telah berhasil menemukan jalan mereka yang baru, termasuk dalam dunia politik.

Contohnya adalah wali kota wanita pertama di Surabaya, Tri Rismaharini, atau biasa dipanggil "Ibu Risma”. Dia dikenal sebagai salah satu politisi yang paling giat di Indonesia. Risma bahkan termasuk dalam Top 50 Leaders versi Majalah Fortune 2015.

Wali kota Surabaya, Tri RismahariniKOMPAS.com/Achmad Faizal Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini
Sejak menjabat pada 2010, dia telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi Surabaya menjadi 7,5 persen dan mengalokasikan 35 persen anggaran daerah untuk pendidikan.

Pada hari kedua sebagai wali kota, Risma sempat menolak untuk meninggalkan kantor Wakil Presiden sampai dirinya mendapatkan jawaban atas proyek pengembangan pelabuhan yang telah terbengkalai selama bertahun-tahun.

Risma juga sukses menghadapi para pemimpin geng dan mucikari dalam perjuangannya untuk menutup “Gang Dolly" yang terkenal di Surabaya—salah satu kawasan pelacuran terbesar di Indonesia

Para wanita di bagian Asia Tenggara lainnya juga telah meraih sukses dengan caranya sendiri.
Di Yangon, Myanmar, Wai Thit Lwin yang berusia 29 tahun, pemilik Bella Cosmetics, bersama Direktur Kreatif Anna Sway-Tin telah berhasil memproduksi produk-produk rumahan untuk kaum perempuan Myanmar dengan harga sekitar 2-4 dollar AS.

Sebelum adanya Bella Cosmetics, masyarakat menengah di Myanmar hanya dapat menggunakan barang merek impor yang mahal atau barang palsu yang berkualitas rendah.

Bella, sebuah produk yang berusaha menggabungkan gaya lama dan baru, seperti Thanaka (bedak tradisional Myanmar) yang dikreasi ulang dengan teknologi perawatan kulit terbaru dari Korea.

Saat ini, Bella Cosmetics sudah menjadi merek kosmetik terbesar di Myanmar, dengan pangsa pasar sebesar 65 persen di industri kecantikan dan perawatan Myanmar yang mencapai 318 juta dollar AS atau Rp 4,356 triliun.

Kita juga memiliki wanita-wanita seperti Neelofa dan Dian Pelangi yang telah merevolusi industri busana Muslim di kawasan ini. Dian Pelangi, seorang "Hijaber" muda dan penuh gaya berusia dua puluh tujuh tahun dan memiliki 4,8 juta pengikut di Instagram.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com